Tentang Otot Perut
Kelamnya Wisata Sumut (edisi Samosir)
Libur akhir tahun ini, jatahnya Tuk Tuk Samosir.
Tiga tahun lalu saya juga menghabiskan liburan akhir tahun di wilayah Danau Toba, danau vulkanik terbesar seantero planet bumi. Tapi waktu itu, basednya di Prapat. Dan, seperti yg saya catat juga di blog ini, Prapat sangat mengecewakan. Pemda setempat tak bisa sama sekali menggali potensi alam, dan budaya lokalnya. Hotel yang kami inapi waktu itu, ngakunya bintang empat. Nyatanya?????? Layanan homestay saya di Raja ampat.... Atau melati di Bali, jauh di atas hotel Grand I**a kala itu (gak tau dah sekarang) .
So, bagaimana dengan Tuk tuk?
Kami - saya dan 7 anggota kel saya, menginap di hotel Samosir Re***t. Bintang empat juga. Hmm, untuk bangunan dan view.... Patennn laa hotel ni. Bersih kamarnya. Tapi layanan?? Beuhhhh. Parah.
Kami tiba di TKP pukul 3, dan memesan EMPAT kamar. Bayangkan.. Sudah jam segitu, satupun kamarnya belum ada yg ready. Berantakan, sisa dipakai tamu sebelumnya. Emang full occupied? Kagaa juga. Pas kami datang, kolam renang sepiii.. Restopun tak ada tamu yg lalu lalang, dan di wilayah komunal lain.
Setelah dikomplain, barulah ada satu... Yup, SATU pegawai.. Dengan langkah gontai merapikan satu persatu kamar. Jam 5, semua kamar selesai dirapikan. Tapi... Teteupppp ada yg kurang. Sendal lah, handuj kurang, aqua kurang....... Duh!!!
Sore ini kami putuskan walking walking di tuk tuk. Saya langsung jatuh cinta. Tuk tuk tidak ramai seperti Tomok (destinasi lain di samosir) atau Prapat. Jalan jalan bersih, tertata rapi. Beberapa sudut jalan malah mengingatkan saya lada view pedesaan di belanda. Saya berharap kondisi bersih ini BUKAN kerna Djarot (balon Gub Sumut) sedang ada di sana....... Tpi mang kondisi sehari hari tuk tuk pada umumnya.
Lalu bagaimana dengan viewnya? Saya tak akan mengumbar kata. Cukup pandangi poto poto di bawah ini, dan monggo nilai sendiri.