Welcome to My Website. I studied engineering but later became a journalist, who then "rewarded" me with a Master's degree in Finance & Accounting ... but in the last 10 years, I trained and shared COMMUNICATION skills - not about money, or building materials. I fell in love with this knowledge, then deepened it scientifically as a Master in Communication Science. Now, I teach from Interpersonal, Self-Concept, Creative Writing, Family Communication to Media Handling Skills in corporations, government, and campus. That is ... my life is full of surprises and unusual dynamics.To know more about me, please follow my FB&IG at Feby.Siahaan

Berdarah darah di Sawarna Ujung Genteng (Bag 3/TAMAT)

(episode sebelumnya: maksud hati mau melaut, apa daya dihempas ombak menerjang jajaran karang hitam sampe ni kaki, tangan kaga berbentuk bengkak dan berdarah semua........)

Dari semua tertawa-tawa, mendadak jadi panik.

Yang panik sih temans saya.....sementara saya brasa mau pingsan menahan sakit. Untuk beberapa saat, rasanya ada yang mau melayang dari dalam tubuh..(teman tau kan, kalau sesuatu terjadi begitu cepat atas kita, tau tau efeknya doang yang kerasa....sementara prosesnya ra mudeng. Begitulah rasanya).

Karena sendal saya sudah hilang entah kemana......maka terpaksalah kaki yang sudah babak belur itu saya 'seret' melewati karang karang bergigi, tajam-tajam itu. Waduhhhh....jangan ditanya deh rasanya. :(  Tangan saya terasa gemetar......

"Febb....ya ampunnn....ya ampunnnnnn banyak kaliii darahnyaaaa"

"Ayooo Febb......kau pegang tangankuuu......taro dipundaku ayoooooo pelan pelan..."

"Ya Allohhh....ituuuu lahhh koq pala la kau berdiri diatas batu itu tadiiiiii...."

BERISIKKK!!!! (pengen rasanya saya teriak begitu tapi ga ada tenaga).

Gemeteran. Dan ada kalanya saat berjalan saya berasa mau pengsan. Saya sempat menampar-nampar muka sendiri biar tetap sadar. Soalnya mata mulai kabur kabur berasa orang mau pengsan.

Kirain sakitnya akan berkurang saat terbebas dari air laut yang bergaram ini. Ternyata, begitu menginjak pasir dipantai.....alamakkkkkkkk...perihnyaaaaaaaaa. Bayangkan kaki bolong2 karena tertusuk, trus skarang menginjak butir2 pasir yang tajam itu.....ouchhhhhhhhh *(*V(*V""!###@@KKQQ!!!

Untunglah disitu ada beberapa tukang ojek sedang ngaso...yang juga ikutan panik melihat saya dipapah dua teman lain dikiri dan kanan. Saya ingat betul komentar (atau pertanyaan ya?) dari salah satu bapak ojek saat melihat saya meringis-ringis,

"Sendalnya pake warna hijau bukan?" (dalam hati saya: lhaa sendal jepit bukannya jepitannya ijo smua?)
*
Ternyata sodara-sodara didesa Bayah ini kaga ada rumah sakit. Adanya puskemas gitu (waktu itu lho ya) dan karena ini libur 17-an pada tutup. Setelah diskusi singkat ditengah kepanikan, diputuskan saya kembali saja ke penginapan bertemu Pak Ade.

Dan, penderitaan berikutnya adalah naik motor melewati jalanan kampung yang masih berilalang. Beuhh. Jangan bayangkan jalan raya ya temans. Ini masih jalan tanah yang salah satu panduannya adalah jejak jejak ban motor yang sebelumnya melintas. Karena takut jatoh pengsan dijalan, kami pun bonceng tiga. Abang ojek, saya dan teman saya Ossy dibelakang.

Ilalang-ilalang ini sungguh menyiksa ......... berganti-ganti menggesek, menyapu, menyentuh2 betis saya yang nyeri dan mulai membengkak. Sepanjang jalan saya meracau kesakitan...... Kasian si ossy, dia kayanya panik luar biasa takut saya pengsan. Jadi sepanjang jalan dia tak henti henti menghibur dan menguatkan saya....

*
Sesampai dipenginapan, kabar buruk kedua. Pak dokter kaga ada. Ada juga mantri yang biasa nolongin orang melahirkan. Ah, sebodolah.......saya tanya obat apa yang dia punya. Dikeluarkan lah berbagai jenis tablet dan kapsul. Saya liat2 mereknya......duhh, kaga ada yang kenal. Tiba2......"itu pak, amoxilin. Itu saja buat ilangin infeksinya."

*Hampir pukul 13.00 saat ketiga teman lain tiba dipenginapan. Semuanya sibuk ngusap ngusap punggung gw, kek gw mo meninggal aja he he he.

Mereka sempat memutuskan untuk langsung pulang ke Jakarta saja mumpung terang. Soalnya kaki gw uda biru dan mulai membengkak......

"JANGANNNNNNNN" kata saya buru buru.

"Besok sajalah. Kasian kalian, lagian aku pengen liat liat laut lagi."

Yang lain hanya bengong. Dalam hatinya pasti bilang "dasar orang gila."

Tapi jawaban saya itu adalah sejujurnya. Bloody wounded is one thing, but enjoy the scenery is the most important thing. :D :D

*
PS: ternyata....semakin lama ni kaki makin bengkak ga keru keruan. Bergerak dikit aja...wuihhhhhh....perihhhh dejeeeee! Untunglah saya ni orangnya ceria pisan......kesakitan pun pake cekikikan (ngga ngerti ini sesuatu yang menguntungkan atau merugikan, soalnya orang2 jadi kaga percaya gue uda kesakitan *glek*)

tetappp nyengirrr waloooooo perih perih.......:D

Bertemu bekpek bekpek lainnn di Sawarna, Poto barenggg dehhh.....tapi ogut paling gayaaa...beset2 kakinya

pemandangan saat meninggalkan sawarna....bye byeeee...see yaaaa

Jembatan gantung saat pulang.....*ini saya uda kaga bisa jalan, naek motor dehhhh...grenggg..grenggg*


Berdarah-darah di Sawarna, Ujung Genteng (Part 2)

[episode sebelumnya]

Hari kedua di Sawarna.

Ini semestinya hari yang berbahagia.

Jam 5 pagi, belum juga sikat gigi kami sudah berlari lari ke pantai. Secara semalamnya cuma bisa mendengar suara ombak yang berderu deru. *sangkir berderu-derunya berkali kali saya nanya ke ponakannya Pak Ade, ini setiap hari bunyinya dasyatt begini.....ato jangan2 mo tsunami. Gubrakkkkkk!!!! kalo tsunami juga pasrah sih....mo kemana malam gelap tanpa listrik begini hehehe*

Selepas main main dipantai, kami balik dulu ke penginapan. Apa lagi kalau bukan untuk menikmati sarapan ibu Widi yang ciamiiiikkkk...slrrrppp. Oiya, disini nginapnya "Full Board" ya. Jadi bayar per orang (waktu itu Rp 80 ribu) udah incl sarapan, makan siang, makan malam dan snack. Yihaaaaaaaa!!!! sedappppp.

Jam 10-an kami mulai trekking melewati deretan persawahan. Hijauuuuuuu....permaiiiiiiii.


Setelah warna warna hijau, saatnya menikmati si biru. Dashyattttt mennnnnn. Sambil bernyanyi2 keciil dan lelompatan ceria (ceileee kaya dongeng HC Andersen) kami menyusuri jalan pasir ilalang, sekitar 300 meter dari bibir pantai.


Dan, tibalah pada destinasi pertama. Karang beureum.




Tidak seperti pantai pada umumnya yang ber'lantai' pasir, maka pantai Karang Beureum ber'lantai' karang merah tua (nyaris hitam) yang bergerigi. Tajam bo! jangan sok jago nyeker dehhh...bisa bedarah-darah ntar.

Dan, inilah kebodohan yang kulakukan:  lantai karang tajam ini berujung pada laut selatan yang alamakjang gede ombaknya. Waktu kami menyusuri karang (menuju ke laut), para abah2 yang dipantai sudah mengingatkan "hati hati mbak....ombaknya lagi gede banget. Bisa keserett.....ga usah sampai kesana-sana."

Namun hasrat untuk berpoto itu mengalahkan bahaya maut.

Saya dan tiga teman lain (yang satu tidak mau ketengah, karena takut keseret) bondo nekat menuju keujung...yang kebetulan ada batu karang panjang memanjang.

"Wahhh kalo kita bediri disitu, latar belakangnya ombak keren tuhhhh.........." teriak saya ke teman teman.

Tak lama, kami berdiri diatas batu karang yagn ternyata ujungnya tidak rata. Jadi sebenarnya sangat sangat berbahaya berdiri diatasnya karena kuda-kuda kaki kita tidak akan kokoh berdiri.

"Potoooinn...innnnnnn," saya berteriak ke teman yang dipantai supaya segera mengambil gambar. Secara suara ombak berderu-deru dibelakang saya ini agak bikin 'jiper' juga cuyyyyyyyy. Kek mo nelen orang suaranya.

Saya mengangkat kedua tangan saya.....berpose....siap siap difoto ketiga tiba-tibaa............suara gemuruh terdengar begitu kencang dibelakang telinga saya.

Saya panik, tapi tetap berpikir logis. Saya yakin dalam 2 detik saya akan dihempas ombak ke lantai karang tajam didepan saya. Pilihannya: memegangi kaki tapi muka saya menghantam karang (uuuhhhhhh!!!!!!!!.......tak brani saya membayangkannya), atau saya melindungi muka dan belakang kepala (bagian otak) tapi kaki dan tangan babak belur.

Saya pilih yang kedua.

Maka dalam hitungan detik, kaki saya yagn kiri saya turunkan (karena kaki harus menginjak bidang rata supaya kuda-kuda kaki dan lutut kuat) sementara kaki kanan tetap diatas. Badan sedikit saya bungkukkan supaya stabil....dan "brrrruuuughhhhhhhhhhhhhhh".  *ga sia2 belajar fisika bertahun2 di SMA hehe*

Sesaat kemudian, yang terasa hanya rasa perihhhhh luar biasa.

Luka yang dalam tertusuk tusuk karang, plus garam laut membuat sakitnya sampai memuncak ke ubun ubun.  Entah gimana caranya, kedua sendal saya hilang terseret ombak Dengan telapak kaki telanjang.....telapak kaki saya langsung berhadapan dengan deretan karang bergigi tajam itu.  Juga telapak tangan saya yang menahan badan ke lantai karang, biar tidak terlalu dilempar oleh ombak.

Tantangan berikut adalah supaya tidak terseret arus balik ke laut. Karena telapak tangan kiri saya sudah berdarah-darah....saya pegang erat2 dengan tangan kanan permukaan batu karang yagn agak tinggi itu.

Dan, saya berhasil......walau tangan dan kaki saya bengkak, biru, lebam, berdarah, tertusuk....dan entah apa lagi.



- BERSAMBUNG -

Berdarah Darah di Sawarna, Ujung Genteng (Part 1)

Semestinya ini perjalanan penuh petualangan. Tapi malah berakhir dengan sekujur kaki dan tangan berdarah-darah, dihempas pecahan ombak Laut Selatan -  tertusuk tajamnya karang hitam.

-- ---

Kami berlima sudah merancang matang-matang perjalanan ini: Sawarna, Sukabumi. Jaraknya sekitar 280 km dari sukabumi. Untuk menuju kesana kami menyewa mobil, Avanza hitam berikut supirnya. Secara kite2 kaga tau jalurnya cuyy. Tanggalnya uda kita pilih, PAS bertepatan dengan libur kejepit 17 Agustus . Biar bisa ikutan upacara dunk di desa Sawarna.

Tibalah hari H.

Pukul 8 kami meninggalkan Jakarta. Rute yang diambil adalah lewat Serang, Malimping terus hingga desa Sawarna. Beuhhh, keputusan yang S.A.L.A.H.  Ternyata jalan menuju dan sekitar Malimping jueleekkkk habis (ngga tau deh sekarang, kali uda bener). Bumpy, dusty!  Untung jumlah peserta trip ini cuma 5 dengan komposisi: 1 didepan seblah pa supir, dua ditengah, dua dibelakang.

And guess wat? i sit most behind. Serasa naek trampolin...duk! bles! duk! duk! duk! duk!  (3 terakhir itu menandakan kepala gw yang terantuk tiga kali dieternit mobil). Ouch!!

6 jam pertama, kami masih berpengharapan. Tujuh jam..............

Jam ke-7 mulai berpandang-pandangan.

Jam ke- 8 mulai resah......

Jam ke-9 kami mulai fatamorgana.....hahahahaha....genteng orang pun dibilang laut. Pokoknya asal ada warna 'kebiru-biruan' langsung dilusi....termasuk jemuran handuk biru orang dikira pantai.....

Lewat Maghrib, stelah melewati (tepatnya melintasi) hutan hutan yang membuat kami was was setengah mampus (takut disergap orang brosis) tibalah kami diperhentian desa Bayah.  Mang Ade, kepala kampung sekaligus yang punya penginapan tempat kami menginap sudah menunggu.

Encokkkkkkkk gileeeeee......

Begitu turun dari mobil kami langsung melakukan serangkaian goyang patah-patah. Bukan karena mo ikutan dangdutan 17-an, tapi karena mo patah yang sesungguhnya. Dari tempat mobil parkir kami kudu jalan lagi bowww.......melewati rumah rumah diperkampungan, dannnnn....jembatan gantung yang akn menghantarkan kami ke: PENGINAPAN WIDI.

fyi, Widi adalah namanya istri Mang Ade :D

Penginapan ini adalah rumah. Jadi intinya kami tinggal dirumah Mang Ade, dan tidur dikamar kamar mereka. Oiya, malam kaga ada listrik ya waktu itu....kamarnya juga standar: dipan berkasur kapuk + 2 bantal usang. Tiada TV, dll. Luar Biasa!!!!! ini baru namanya ESCAPE TRIP yang sesungguhnya..

[Bersambung: keesokan harinya......kecelakaan itu terjadilahhhhh.....Kalau bukan tangan Tuhan, uda matiiii saya diseret ombak dasyat laut selatan yang ngamuk]
Sawarna, Sukabumi (where my both leg and hand almost broken pfiuuhhh)

Dipelehhhh....dipelehhhhhhhhhh........jual jeroan keliling antar kampung

Susunan tempat duduk dimboillllll....benjol benjolannn dahhhhhhhh....pak Rano, bu Atut tulung jalannya dibenerinn

Ngasoooo dibale bale desa

Mbekkkkkkkkkk............you won't find in in JEKARDAA.....rebutan cemilan sore ama mbekk


Penginapan Widi Tempat kami menginappppp

ONE DAY YOU WILL WAKE UP AND  THERE WON'T BE ANY MORE TIME TO DO THE THINGS YOU'VE ALWAYS WANTED.

DO IT NOW.


(PAUL COELHO)

Tips: Mengapa Harus Membawa Sunglasses alias Kacamata Hitam Saat Travel

Anda suka travel? Saya juga.

Ada dua hal identik dengan travel (buat saya): T-Shirt dan Sunglasses (kacamata item/cengdem). Kali ini saya mau membahas pentingnya kacamata item (selanjutnya saya sebut "cengdem" aja ya biar singkat, alias seceng adem. Kalo saya sebut reibennn ntar menyebut nama merek, ogah ah).

Nah, ada beberapa alasan kenapa haram hukumnya temans tidak membawa cengdem kalau bepergian dan berjalan-jalan. APALAGI, kalau Anda bepergian SENDEREEE (solo traveling).

Pertama, dan yang terutama adalah: KESELAMATAN dari ancaman orang orang jahat. Kali temans mikir "lha, koq bisa?"  Yup. Kalau temans pernah nonton wawancara salah satu acara Investigasi ditivi, dengan pencopet maupun penculik ada salah satu bagian yang menarik dari interviu tersebut. Saat ditanya jurnalis, bagaimana mereka memilih korban, mereka menjawab: dari matanya. Kalau matanya celingak celinguk, bingung, apalagi kosong.........happppp!!!! langsung dicomot.

Jadi, inga inga ya, tatapan mata tidak hanya diincar orang yang sedang jatuh cintrong, tapi juga garong.

Nah, kalau pake cengdem, sekalipun temans sebenernya lagi galau karena jemputan koq ngga nongol2 di Rotterdam Centraal Station sono (misalnya), orang ngga akan terlalu notice. Secara pake cengdem.

Kedua, masih terkait nomor satu sih. Yakni kalau molor ngga ketauan. Eitsss...bahaya lho kalau temans lagi naik pesawat/kereta api/bus sendirian diluaran sono, trus sendirian, dan ketiduran. Ntar bangun-bangun dompet uda melayang. Mending kalo cuma doku yang ilang, kalo KTP, SIM, CC???? (ngga nyambung he he). Intinya, cengdem menyembunyikan mata merem saat molor.

Ketiga, untuk kesehatan mata. Yahh, ini pasti uda tau la ya. Sinar matahari bisa merusak mata kalo lama2 dipelototin. Apalagi kalau temans pergi ke pantai, atau gunung (yang secara geografis lebih deket ke matahari).

Keempat, saya sunggu ga paham.....mengapa cengdem bisa membuat wajah yang ala-kadarnya bisa menjadi keceh. Yang pastiii, kalo lagi travel kan muka suka awut-awutan tuhhhh (kena angin lah, kecemplung laut lahhhh), tapi begitu pake cengdem,....langsung kece dan siap dipoto.  Ingat: taking picture is part of traveling.

Demikian.
me and my cengdem anti UV (at himalaya range)
pelakon cengdem sedang di Kuta, Lombok hehehe

my cousin and her cengdem (tibet)




- read my other blog about people and communication -




Cara Tak Lazim Menuju Phuket: Banpronhateep Hotel (3/Finish)

Setelah penantian hampir 5 jam diterminal Hat Yai yang ngga jelas, akhirnya bus yang dinantipun tibalah.

Temans tau metromini? pernah naik kan? Nah, masih lebih gedean metromini deh dibanding bus kami. Untungnya pas merapat diterminal, busnya masih kosong......kami langsung menyerbu masuk. Bisa berabeee kalau ternyata ini bus terakhir dan kami ngga dapat tempat dudukkkkk.

Bus ini tanpa AC. Tapi ada kipas anginnya.....dan ada jendelanya *pfiuhhhhhhhhhhh*

Kami menunjukkan destinasi kami, yang telah ditulis diselembar kertas ke pak Supir:  Phuket. PHUKET.
Doi hanya menggangguk angguk dan melontarkan kata kata ajaib yang kami ngga ngertos....... Kami sempat menyodorkan Alfalink ke doi, biar doi mengetik apa yang dia maksud dengan kata kata ajaibnya tadi. Lhaaa......doi malah memandangi tu Alfalink.....dan beberapa saat kemudian melontarkan kata kata ajaib lain sambil cekikikan.

Ah....sudah gila dia. Terserah lah. Kami sudah pasrah.....

Another 30 minutes waiting....dan bus kotak busuk inipun berjalanlah. Tak menunggu lama, kami semua langsung molor...tertidur sambil memeluk tas masing masing. Dan tiba-tiba:

"EIV *&U(VCVML #89p0VM......!!! Puuuukeeee....pukkeeeeeee".

Kami langsung terbangun. Ternyata pak supir yang tereak tereak.

GLEK. Pukul 3 pagi.....dan diluar HUJAN LEBAATTTT. Pak supir menurunkan kami ditempat antah brantah. Kalo liat sekilas mirip tempat nongkrong taksi taksi gelap gitu deh. Bujubunenggg...... Ya sutra, dengan gagah brani kami b-5 berloncatan dari angkot (tupaiiiiii kaliiii loncattt hehehe), dan meringsek masuk ke salah satu taksi.

Untunglah....bapake supir bisa bahasa enggres. Kami menjelaskan untuk melaju mencari hotel yang dekat pantai, tapi murah. Ha ha ha ha......very tipikal bekpek: deket keramaian, dekat laut, tapi murah!

Hotel pertama: gelap, spooky. Tet tot! tolak...
Hotel kedua: terang, banyak pecun2 ga jelas....tolak.
Kepala mulai pusing karena ngantuk, trus masup angin karena kena hujan.....kami sepakat, pokoke hotel berikutnya kalo mendingan langsung diambil dahhh.........

Hotel ketiga:  Banpronhateep hotel. Ehhh......lumayan lhoooooo. Harga juga ga mahal2 amat lah. Rp 250 rebongan per kamar. Cusssssss.......langsung ditengah hujan deras, badan kami berpindah dari taksi ke kasur. Tak lama kemudian:  Zzzzz....zzzzz.....zzzzzzzzzzzzzzzz

*almost 4AM*

*Pukul 7 Pagi*

 Begitu mata terbuka sebelah.....saya langsung teriak: "pantaiiiiiiiiiiiiii....ayooo kita cari pantai. Jangan2 ga jauh dari sini." Ternyata o ternyata yang lain masih molor. Ya maklum deh, sampe hotel aja jam 4. Tapi saya ga peduli...Masih dengan gigi bejigong jigong, saya nyamber sendal jepit dan keluar dari hotel. Penasaran juga, sebenernya ni hotel posisinya dimana secara kemaren gelap gulita dan hujan.

And guess what? our hotel is only 3 minutes walking distance from the beach. Yihaaaaaaaaaaaaaaaaaa.....

Laaaaauuuuuuutttttttttttttttttttttttt...........










Perjalanan Tak Lazim Menuju Phuket (2)

[Episode lalu: terjebak diterminal bus Penang yang kosong karena sedang libur Lebaran. Pertolongan datang dari oknum tak terduga, A Sun. Like his name, he is our sun in a darken daylight...halah!! Ternyata, A Sun pribadi tak terduga....dalam arti negatif sesungguhnya hahaha]

--- ----------

Si kokoh Asun memang orang gila. Indeed.

Sepanjang perjalanan dia tidak berhenti mengoceh. Menanyai kami satu per satu, bercanda garing....mulai dari garing yang sesungguhnya sampai garing sok genit2 ngga jelas. Dia juga dominan dan posesip........ngatur-ngatur, kapan kami harus turun beli minuman, turun berpoto (lhaaa orang ngga lagi pengen moto!!!!) dan seterusnya.

Awalnya pasrah, lama lama bete.

Untung aja kami ber-4 bisa bahasa batak, jadi bisa mulai menyusun strategi "menghindari" kebisingan si kokoh. Setelah diskusi panjang lebar kami putuskan: Pura pura tidur!! (hahahaha....diskusinya sih panjang, tapi actionnya cemen bangen).

Tapiiiii.......jangan semua belagak tidur a.k.a merem. Kudu ada satu yang volunteer gantian buat wake up. Ya kaleee aja doi tiba2 belokin kami ke rawa2 trus dihabisi kek pelem thriller. *ngaco*

BERHASIL. ha ha!

Setelah perjalanan panjang melelahkan, sekitar pukul 4 sore kami sampe disatu restoran chinese. Kata doi dari situ kami tinggal naek tuk tuk buat ke terminal bus. Ya sutra......yang penting selametttttttt....selametttttt.

Sebelum berpisah....ehhhhh...doi sempet2nya menta ditraktir makan kwetio goreng dituh resto. Plus ngasih harga buat jasanya.

"Lhaaaaaa kirainnnn gratissss..sssssss,"kata kami berbisik-bisik sesama.

Untung ga mahal. Yaaa kalo dikurs....total sekitar Rp 200 rebuan lah. Deal! plus kwetio....yaaaa Rp 225 rebuan gitu deh.

*
Sesuai petunjuk yang ditulis oleh encim pemilik resto Hat Yai, yang kemudian kami tunjukkan ke tuk tuk sewaan, tibalah kami disebuah "terminal".

Ini sepertinya bukan terminal beneran, tapi bayangan. Kotor, kumuh, berabu penuh preman2 Thailand (yang mukanya seram, tapi ga seseram preman rambutan). Teman2 pastikan membawa Alfalink kalau ke Hat Yai, karena tak satupun bisa berbahasa englessssss disini. Ya sutra, yang penting kami sudah nitip pesen ke salah satu premIn (cewe soale) kalau ada bus ke Phuket biar kasitau kami. Maka, kami pun duduk manislah....dibangku2 semen berukuran jumbo.

1 jam....2 jam.....3 jam....4 jam.........

Sialan!!! terminal mulai dari rame, terang....hingga gelah dan nyaris kosong.

Ngga bener nih. Perut udah mulai keroncongan. Ternyata, setelah tanya punya tanya.....ini nih lebih mirip terminal bayangan dalam kota doang. Sementara kami udah antar kota....lhaaa wong Phuket jaoh dari Hat Yai. Beuuuuuu!!!! Ditengah perbicangan seru, mulai dari ocehan merasa ditipu si Asun, ditipu preman hat yai, dst......tiba2 ada salah satu yang nyeletuk:

"ehhhh......ini ni tempat kita duduk, batu nisan ya?"

"buset........ini kita dikuburan?????????"

O LA LA!

But the best thing about having the right travel-mates is: you always laugh at everything including at the most exhausted-weary-confusing moment.

[Bersambung: Phuket........i see you]
at terminal ajaib hat yai.......tuhhhhhhh kannnn? (kaya) nisan nisan kan? manaaaa kosongggg lagi tu terminal tinggal kita b5

Perbatasan Hat Yai Penang.....si ASun setia aja nungguin kita dimobil. Gilee juga kalau sampe doi ngelariin tas2 kita dimobilnya hehehehe

Sampeee restooooo Hat Yai......"dipaksa" nraktir si kokoh ajaibbbbb

Salah satu hasil karya si kokoh asun.......waktu kiteee nyebrang naik feri, berikut mobilnya yang penuh sayur itu

Masih girangggg....naek tuk tuk menuju terminal ajaibbbbbb


Perjalanan Tak Lazim Menuju Phuket (1)


Semua yang tak lazim is quite an adventure. Isn't it? ;)

Bagaimana temans bepergian ke Puket? Naek pesawat Jakarta direct to Phuket? Ahhh....itu mah biasa. Atau, naek pesawat ke Thai lalu connecting ke Phuket? Itu juga biasaaaaa..... Atau jangan2 jalan kaki dari Jakarta? hehehehe...ini sih ruar biasaa dan sedikit gila.

Libur lebaran, saya dan empat rekan lain (total ber-5) memutuskan melancong ke Phuket, Phi Phi dan sekitarnya.

Jalurnya: Jakarta - Penang (flight). Penang - Hat Yai, South Thailand (semi hitchhike alias numpang mobil orang...entah siapa pun ngga kenal). Hat Yai - Phuket (angkot antar kota). 

Ceritanya begini. Semuanya oke oke saja dalam perjalanan Jakarta Penang. Sampai akhirnya kami mulai nyadar "lhooo, koq diterminal bus antar kota antar negara......kosyonggg. KOSONG melompong." Ternyata kalau libur Lebaran, Malaysia lebih parah dari Indonesia. Kaga ada angkutan yang beroperasi.......ini agak diluar dugaan. Kirain kalau Penang kan banyak chinese, jadi pasti adalahhhh bus bus yang beroperasi. Ternyata tidak, bro-sis. *glek*

Pas lagi galau2nya diterminal.....muncullah si kokoh (engkoh sekitar 30 taonan). Engga ngertos juga gimana dia bisa tiba tiba muncul. Namanya kalau ngga Hau Sun, Hau Sian gitu deh. Dan dia mengbrol dengan kami dengan begitu agresippp hahahahaha. Dan ini dia puncaknya: dia nawarin kami naek mobilnya....dianterrrrr sodara-sodara dari Penang Malaysia ke Hat Yai Thailand sonooo..............ckckckckc.

Namanya putus asa....ngekuttt la kami semua kek anak bebek dicocor idungnye.

Deskripsi: mobilnyee kijang lama, tahun 1984-an, warna hijau tuaaa.....tiga baris, tapi baris paling belakang isinya sayurrr mayurrr ngga jelas berplastik2. Trus, sebelum kami dibawa menyebrang dengan Feri pake acara jemput emaknya dulu lah......anter emaknya blanja obat lah. Dannnnn.....menyaksikan drama satu babak doi brantem dengan emaknya pake bahasa Hok Kian *#$P$*V(*!*(V>C))???F......ntah apa aja dibilangnya........

[asun: ini olang semua gede gede looo...kalo culik wenakk punyaa haiyaaaa. tebusan banyak haiyoo]
[mak asun: lu olang bodo punya lo....mata lu ga liat itu olang kolestelol semua ha? yu ga tengok ha?]
[asun: kolestelol duwi banyaaakkkk hayoooo]
[mak asun: itu olang2 ga ada yang mau tebussss loo..bosuiiii...jelek2...dia olang hilang smua juga ga ada yang caliiii loo apalaggii mau kasi yu uang tebusaaannn. Ane siauuu luuu]
[asun:  haaa? hayoooo]

Dilema.

Mo lanjut nebeng si A Sun....koq keknya doi ni agak2 psyco. Mo ga lanjut....kaga bisa ke Puket.

At the end, numbers matter. Artinya, kami mulai berhitung. Doi sendiri, kami berlima....besar2 pula dan dengan komposisi 4 batak+1 jawa (tapi gede) hahahahahah...apa hubungannya????? Pokoknya kalo doi mo macem2, kami pasti menang dehhh maen keroyok.

So, the show must go on!!!!!!!!!!

[BERSAMBUNG]Hat Yai ternyata lebih anehhhhhh lagiiiii......kuburan koq jadi terminal?


Do & DONT's Memilih Teman Travel (Travelmate)

Ini penting.

Sama pentingnya dengan memilih destinasi bepergian, maka simaklah benar-benar :D

Pertama, jangan bepergian dengan teman manja. Yang tergores dikit, nangis/merengek. Yang mbete kalo masuk angin karena nunggu kapal, pesawat, tongkeng, mobil, dst. Masalahnya bepergian bekpek itu sarat dengan ketikdakpastian. Kalo mau yang pasti2 ya ikut travel aja.......misalnya waktu saya dkk mau ke Ora Beach, dari Ambon. Diatas kertas sih 4-5 jam kita udah sampe. Masalahnya kita kan bukan bepertian pake kertas....hehehehehe...jadilah molor jadi 11 jam.

Kedua, yang egois. Yang maunya ikut maunya senderee.....parah ini. BEST thing about bekpek with friends adalah belajar demokrasi, belajar mengalah. Inga' inga', selera dan keinginan setiap peserta bekpek laen-laen....belum lagi perbedaan daya tahan tubuh dan perbedaan isi dompet. Satu2nya kesamaan adalah: to enjoy the scenery, the beauty of nature.

Ketiga, pilihlah temans dengan sense of humor tinggi. Bukan berarti dia harus ngocol dan standing comedian. Tapi yang bisa 'keep the atmosphere' fun when things go wrong.

Keempat, yang suka makan hahahahahah.....

Kelima, yang suka moto dan/atau dipoto....ini terkait dengan nomor #3

Keenam, pilihlah temans yang derajat ke-kece-annya sama. Ntar kalo dari satu kelompok doi kece sendiri malah bisa jadi batu sandungan hahahahaha....ngga dink...becanda ini.

So, keep those FIVE points in mind.
my and my travel mates at Ora Beach, P.Seram, Ambon
Me and My Travel Mates at Phuket, Thailand

Me and My Travel Mates at Nagarkot, Nepal

I got this from another traveler, a friend of mine....and i just couldn't agree more

Tips Memaksimalkan Short Escape ke Bali


Ke Bali, saya sudah beberapa kali. Sering malah. Tapi untuk event dan tujuan yang berbeda.  Ada yang memang untuk liburan, ada yang ngajar (check my other blog: www.febrinasiahaan.blogspot.com), ada yang seminar. Nah, untuk yang dua tujuan terakhir itu biasanya saya akan extent 1-2 hari sekedar melepas penat.

Dibawah ini tips saya jika temans HANYA punya 2 harian untuk stay diBali.

Pertama. SELF DRIVE dengan mobil/motor/sepeda. Ini akan jauhhhhh lebih menyenangkan dibanding nyewa kendaraan plus supir supirnya. Takut nyasar??? So Be It!!! Biarin ajaaa....saya juga tiga kali terakhir self drive (mobil dan sepeda) selalu pake acaranya nyasar dengan derajat kenyasaran yang berbeda beda.
- sewa sepeda: 15 rebu/hari (kalo solo traveler ini paling asoy)
- sewa mobil Avanza (manual) Rp 175 rebu/24 jam tahun 2013. Agya matic Rp 225 ribu (tahun 2014) udah sama antar jemput itu. Tapi bensin beli sendiri.

Kedua. Bawalah MAP. Ngga usah beli yang mahal dan tebal itu...cukup google aja lalu diprint

Ketiga. JANGAN MALU BERTANYA. Tahun lalu saya self drive. Bepergiannya sih berdua dengan teman, tapi dia kaga bisa menyetir boowww. Tidur pula diseparoh perjalanan dari Kuta-Karang Asem. Yang ada kami (saya tepatnya) nyasar PARAH. Mestinya lewat tol/bypass...jadinya lewat jalan gunung. Mestinya 2 jam.....molor jadi 6 JAM, plus 2 kali hampirrrrr masuk jurang. Gimana ngga...jalannya cuma 1,7 meter lebarnya. Kanannya tebing, kirinya jurang laut...ngga pake pagar. Trus meliuk liuk pula mengikuti lereng bukit. Duhhh.....ampun dah.

Keempat. Bawalah baju ganti dimobil atau ransel (kalo sepedaan). You never know when you'll get wet. Lalu cengdem (seceng adem), sendal jepittttt (biar cepat kering kalau maen dilaut). dan SUN BLOCK

Kelima. Ini yang palng penting.......datangilah tempat tempat yang TAK LAZIM, alias yang bukan destinasi ramaiiii.....seperti pantai pantai perawan, yang masih sepiii. Jangan kuta lagi....kuta lagiii.

Keenam. Lebih bagus kalau temans sudah membook kamar via web2 seperti rajakamar.com dll itu. Biar ngga pusing mikirin kamar. Ngga usah yang mahal kamarnya....wong buat tidur geletak doang.

Nyetir sendiri lebih menyenangkan, karena sambil nyetir sambil menikmati view. Kalo pake supir malah molor

Pantai yang menyenangkan adalah pantai yang sepiiiii......

Pantai Balangan. Ini bukan pantai yang ramai...dan yang jelas belum pernah gue samperin.

Bali idem denggan sendal jepit.....let your foot feel the ocean breeze and its cool fresh salty water

Kalau sewa sepeda usahakan yang ada keranjang.....biar ngga pegel itu ransel digantung gantung dipunggung




Our Video when we were trekking at SaPa, Northern West Vietnam

Travel Story: Sa Pa Vietnam Utara. Menemui Suku Asli Hmong dan Trekking Berjarang Pandang 3 Meter (Bag 3)

Bagian paling menyenangkan dari perjalanan ke Sa Pa, adalah ngos-ngos an naik turun bukit, masuk ke sawah berlumpur dan akhirnyaaa........naek ojek kalau udah kaga kuwattttttt :D  Makanya, nanti disana temans sebaiknya menyewa sepatu boot. Murah koq....beli juga murah, kalau dikurs paling Rp 100 rebuan. Lumayan buat oleh oleh. Motifnya juga aduhai: loreng atau merah menyalaaaa....

Pengalaman lain yang menyenangkan adalah bertemu dan berkomunikasi dengan bahasa isyarat dengan penduduk setempat.

Tujuan saya kali ini adalah: Cat Cat Village. Kami harus berjalan naik turun bukit, melewati aer terjun, jembatan gantung, dst sepanjang 12 km. Diperjalanan saya sempat masuk ke salah satu rumah penduduk. Mirip kaya warga pedesaan dilereng lereng gunung diIndonesia.  Lantai tanah.....kuali berukuran 'raksasa'.......sangat sangat sederhana. Oiya, kalau mau lebih adventure, teman2 juga bisa ambil paket menginap dirumah penduduk asli. Santai aja....ngga se-extreme kalau temans tinggal di Tibet sono (beli buku saya: 7 Hari 1500 km mengelilingi Tibet untuk cerita lengkapnya.)

Sewaktu saya ke SaPa ini sedang musim hujan Makanya memang kabutnya tebal buanget. Saya sempat terpisah dengan keempat teman lain. Kaya pilem horor. Saya bisa mendengar suara mereka ngobrol, tapi kaga nemu sosoknya....sangkin kabut pekat luar biasa.  Kalau mau menikmat salju, teman bisa ke sana bulan Januari. Suhunya minus....dan bersalju.

Asoy kan? kalau mau....kita kesana bareng :D

Proud Indonesian Traveler.
Rumah salah satu penduduk asli Hmong. Jauh dari kemewahan perkotaan. Such an adventure...

Ngaso dulu minum Wine Asli SaPa. Wenakkkk...rasanyaa tak terjelaskan....




Travel Story: Sa Pa Vietnam Utara. Menemui Suku Asli Hmong dan Trekking Berjarak Pandang 3 Meter (Bag 2)



Kami menginap di Summit Hotel.

Harap dicatat ya temans....hotel hotel diHanoi, juga di SaPa, kaga pake pake LIFT. Jadi buat yang encok-an, ambillah kamar dilantai 2 atau lantai 3 (mentok mentoknya). Bayangkan waktu dihanoi kami menginap dilantai ENAMMMMM!!!! (ceritanya terpisah).

Kembali ke SaPa. Setibanya diHotel dan check up dll, kami ditemui oleh Tour Guide. Hari pertama, trekking diputuskan disekitar hotel sajah. Salah satunya ke Pasar Traditional dan pusat kota. Pasar tradisionalnya isinya jualan daging babi semuaaaa bro-sis. Segala bagian tubuh babi digantung gantung laaaa dipasar sono. Moncongnya lah, ekor lah.....pinggang, dst. Busetttttt....prasaan pasar tradisional diTarutung sana juga ngga gini gini amat hahahahahaha. Such an experience!

Nah, pusat kotanya SaPa, sama sekali tidak seperti yang kami bayangkan. Bangunannya mirip bangunan tua Inggris. Jendela jendela kayu....mozaik mozain katedral. Trus kolam kolam ditaman kota dengan bebek bebek berenang..........apalagi sepanjang hari itu kabut tebal menyelimuti langit SaPa. Bukan cuma langit...kabut udah turun sampe ke tanah. Kabut yang sama 'menggantung' diatas permukaan kolam.....ouchhhhhhhh!!! indah nian.  Liburan murah yang Ruar Biasa.

*
Hari sudah sore saat kami kembali ke Hotel. Siap siap makan malam.

Hidangannya alamakaakkkkkk.....benar benar TAK sesuai dengan harga paket yang kami bayar dalam arti: MUEWAHHH Bangetttt. Apalagi buat kami ber-5 yang sesungguhnya adalah bekpek kere-kerean (bukan cabe-cabean).

Pas lagi wenak wenaknya menguyah. Byar Pet!!! lampu matekk. hahahhahahahaha.....

Dasar kemaruk. Dalam kegelapan pun tangan kami gesit nian melahap.

(BERSAMBUNG)

Makan. Makan. Makan. Rasanya mirip mirip Chinese Food. Tapi soal kehalalan....wahhh saya sejujurnya ngga jamin.

contoh contoh bangunan SaPa. Mirip kaya bangunan kolonial kan....

View from my balcony.....Keren kan??????? Kabutnya tebellll buangettt.

travel story: SA PA - Vietnam Utara (banget) Menemui Suku Asli Hmong, Trekking Bukit Berkabut Dengan Jarak Pandang 3 Meter (1)


Buat temans yang ingin merasakan dinginnya alam dengan 4 musim, tapi kantong ngga cukup buat melancong ke Eropa, saya sarankan brangkat ke Sa Pa, Vietnam Utara.  Sangkin utaranya sudah hampir berbatasan dengan wilayah Cina Selatan.

Untuk mencapai tempat ini, dari Jakarta teman menuju ke Hanoi. Saya sarankan tidak langsung menuju ke SaPa tapi istrahat dulu di Hanoi. Soalnya liburan ke SaPa ini sifatnya bukan leisure lhoo yaaaa...bukan liburan buat anak kecil, ato yang takut jorok2 (lumpur, ingus, eek kebo, dst). Yang saya lakukan dengan rekan rekan waktu itu adalah menambil Paket 3 Hari 2 Malam di SaPa. Kalau tidak salah, waktu itu setiap orang "hanya" Rp 900 ribuan (tapi ini bbrp tahun lalu). Itu sudah all in. Termasuk hotel, makan (3x sehari) plus tur, dan........tiket PP sleeper train. Murah kan?????........*slrppppp*

Pukul 7 kami sudah ngumpul di Stasiun Kereta Hanoi. Welek. Bluwek. Oiya, ada banyak pilihan train untuk ke Sa Pa, beda beda harganya. Kami memilih yang namanya Orient Express. Lumayanlah. Satu "kamar" ada 4 unit bed. Jam 9 malam, kreta api meninggalkan stasiun Hanoi.  Tenang aja.....bednya nyaman koq. Tapi siap siap aja bawa kain tipis...buat alas bednya. Yaaa....kali kali ajaaa uda sebulan ga diganti.

Saya berangkat bersama 4 teman lain. Kami dibagi 2 kamar. Saya dan dua teman lagi dkamar 1A, dua lagi di 1B. Oiya, btw, ini campur lho yaa...dalam satu kamar itu bisa saja ada laki dan wanitanya. Yaaa....ga masalah lahhh. Justru wenak banyak temans toh? asal always keep your belonging. Waktu itu selain kami bertiga ada lagi 1 mba (50 tahunan), solo traveler, dari  Swiss.

*
Pukul 5.30 pagi kami tiba di SaPa.

Brrrr....rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr!!!!! Dinginnnn gilaaaaaaaaa........  Dimana mana sawah, sawah, sawah....bukit dan bukit.  Orang orangnya tidak berwajah seperti Vietnam. DANNN, mereka TIDAK berbahasa Vietnam....mukanya mirip orang Mongol. Pipi tembem dan kemerahan.

BERSAMBUNG

and the trekking begin.........plus mateeek lampu dihotel.

Sleepers train. Lumayan kan?? hehehe.....

Suku Asli SaPa. Suejukkk abeshhhhh.....sungainya beninggg bersih dan seharian berkabut tebal