Saya jawab santai "Mau siapapun yang menang, tidak akan merubah nasib gue terlalu drastis." Lagipula, buat apa memaki maki capres bukan pilihan.....sok kenal sok dekat amat.
Demikian sekilas info
Kalau nyebut Lombok, sebagian besar orang langsung berpikirnya ke Gili Trawangan, Rinjani atau Senggigi. Alhasil, ketika ketiga destinasi tadi sedang "tidak perform" akibat gempa ....., para pelancong langsung mati angin. Seperti tak tau harus kemana.
Minggu lalu, selepas memberikan training selama 2 hari di Makassar saya menyempatkan diri mengunjungi Lombok. Sehari sebelum tiba, teman disana mengabarkan baru saja terjadi (lagi) gempa dan bertanya apa saya tetap akan datang. Tanpa ragu saya jawab "Pasti!". Bukannya rasa was was saya sudah mati, tapi saya lebih ingim melihat Lombok bangkit kembali. Lawan rasa takut, yessss!!!!!
Ini kali saya kedua melancong ke Lombok, dan ternyata trmpat ini menyimpan sejuta surga tersembunyi.
Berikut foto fotonya
Destinasi 1: Laut Biru Bar and Resto
Begitu landing di Praya, kami langsung tancap ke sini. Semacam bar and resto dengan private beach. Makanannya gak mahal2 amat koq. Misal bir 45 rebu....soft drink 35 rebu
In a world like this how can you stay focus?
How can you stay in silent when there are tens to hundreds of people are in a "conference" with you?
You are 24 hours in a "chat room" in a "meeting room".
The world has LOST what is used to known as "ALONE"
-- You are CONNECTED, 24/7 ONLINE -
SIGNAL has steal our essence of SELF.
The air we breath in is filled with digital code: 0 & 1.
The world has forget that MAN was created with three essences: man of self, man of social and man of God * Mahluk Pribadi, Mahluk Sosial dan Mahluk Tuhan*.
When The Good Lord appears to Moses in a burning bush, God asked him "what is in your hand?" -- "A Staff," Moses replied. Later, this staff become the sign of God's power and assistance.
I wonder if someday we die and God deliver the same question, "what is in your hand?"
should we answer, "a mobile phone"?
Libur akhir tahun ini, jatahnya Tuk Tuk Samosir.
Tiga tahun lalu saya juga menghabiskan liburan akhir tahun di wilayah Danau Toba, danau vulkanik terbesar seantero planet bumi. Tapi waktu itu, basednya di Prapat. Dan, seperti yg saya catat juga di blog ini, Prapat sangat mengecewakan. Pemda setempat tak bisa sama sekali menggali potensi alam, dan budaya lokalnya. Hotel yang kami inapi waktu itu, ngakunya bintang empat. Nyatanya?????? Layanan homestay saya di Raja ampat.... Atau melati di Bali, jauh di atas hotel Grand I**a kala itu (gak tau dah sekarang) .
So, bagaimana dengan Tuk tuk?
Kami - saya dan 7 anggota kel saya, menginap di hotel Samosir Re***t. Bintang empat juga. Hmm, untuk bangunan dan view.... Patennn laa hotel ni. Bersih kamarnya. Tapi layanan?? Beuhhhh. Parah.
Kami tiba di TKP pukul 3, dan memesan EMPAT kamar. Bayangkan.. Sudah jam segitu, satupun kamarnya belum ada yg ready. Berantakan, sisa dipakai tamu sebelumnya. Emang full occupied? Kagaa juga. Pas kami datang, kolam renang sepiii.. Restopun tak ada tamu yg lalu lalang, dan di wilayah komunal lain.
Setelah dikomplain, barulah ada satu... Yup, SATU pegawai.. Dengan langkah gontai merapikan satu persatu kamar. Jam 5, semua kamar selesai dirapikan. Tapi... Teteupppp ada yg kurang. Sendal lah, handuj kurang, aqua kurang....... Duh!!!
Sore ini kami putuskan walking walking di tuk tuk. Saya langsung jatuh cinta. Tuk tuk tidak ramai seperti Tomok (destinasi lain di samosir) atau Prapat. Jalan jalan bersih, tertata rapi. Beberapa sudut jalan malah mengingatkan saya lada view pedesaan di belanda. Saya berharap kondisi bersih ini BUKAN kerna Djarot (balon Gub Sumut) sedang ada di sana....... Tpi mang kondisi sehari hari tuk tuk pada umumnya.
Lalu bagaimana dengan viewnya? Saya tak akan mengumbar kata. Cukup pandangi poto poto di bawah ini, dan monggo nilai sendiri.