Welcome to My Website. I studied engineering but later became a journalist, who then "rewarded" me with a Master's degree in Finance & Accounting ... but in the last 10 years, I trained and shared COMMUNICATION skills - not about money, or building materials. I fell in love with this knowledge, then deepened it scientifically as a Master in Communication Science. Now, I teach from Interpersonal, Self-Concept, Creative Writing, Family Communication to Media Handling Skills in corporations, government, and campus. That is ... my life is full of surprises and unusual dynamics.To know more about me, please follow my FB&IG at Feby.Siahaan

"PK" - A Movie that you ALL should watch!!! (A Satire to religion leaders around the world)

Ini film CERDAS luar biasa!!!!!

pesannya dalam, padat, valid dan solid. Entah kapan saya terakhir bertepuk tangan usai menonton satu film..but i did it last night.

Semula saya kira ini film dagelan, tentang alien yang nyasar dibumi, terus jatuh cintrong pada gadis bumi dst dst. Ternyata TIDAK. Ini film adalah tentang 'pedihnya' upaya manusia mencari Tuhan, dan dihalang-halangi oleh pemuka pemuka agama....yang sok suci, tapi ujung2nya mencari duit semata.

Adalah 'pk' (bhs india, artinya tipsy/mabok), seorang pria 20 tahunan, yg nyasar dibumi. "PK" sebenarnya bukan nama aslinya. Diplanetnya sana orang orang tak ber-nama. Itu adalah nama yang diberikan oleh orang orang karena dia selalu terlihat bingung, seperti orang tipsy/mabuk.

Ia datang, telanjang (karena diplanetnya smua orang telanjang). Satu satunya yang melekat ditubuhnya hanya  sebuah kalung dengan mata bandul permata kebiruan; yang juga satu2nya alat yang bisa membuat ia kembali pulang ke planetnya yang jauhnya milyaran cahaya.

PK apes. Ia mendarat di India, yang penuh copet...termasuk mencopet kalung transpondernya. Disinilah segala petualangan itu dimulai. Semua orang yang dia tanya berkata:

"Cuma Tuhan yg bisa menolong mu dapat kalungmu.." 
 "Wah, susah dapat lagi kl dicopet di India, berdoa sama sama Tuhan"....
 "Semoga Tuhan menolongmu", 
"Tuhan yang tau dimana kalungmu itu"....dst.

pk, yang TAK seperti manusia sejak lahir mengenal "konsep" Tuhan, bingung. Siapa pula okum tuhan ini? lalu pertanyaannya pun berubah, tak lagi mencari kalung tapi Tuhan. Tujuannya simpel, biar Tuhan mengembalikan kalungnya sehingga ia bisa pulang...

pk galau.

Setiap ia bertanya "dimana Tuhan" orang2 jawabannya beda-beda (waduhhhhh bagian ini kocak, tapi sindirannya gileeeee..dalemmm. Kena banget!!).

Pertama ia bertanya pd orang sikh, yg menyuruh ia membawa kelapa dan sesembahan...."supaya tuhan mendengar doamu". Larilah pk cari kelapa...tp pas mau ke kuil, dia malah bertanya pd orang Kristen yg menujuk ke gereja ketika pk bertanya "dimana aku mencari Tuhan?"...digereja ia dianggap orang gila krn membawa kelapa ke altar... pk bingung! saat diseret kluar ia smpat melihat pendeta membawa anggur sakramen ke altar...."oohhh, skrg Tuhan senang anggur" pikir pk.Maka ia pun membeli anggur 2 botol... lalu dijalan ia bertanya lagi "dimana Tuhan". Namun kali ini pada Muslim...yg lalu menunjuk mesjid. Lagi2 pk dihajar krn dianggap menghina Tuhan dengan membawa anggur.....

dst......

Segala pergulatan ini membuat pk frustasi. Tuhan seperti tuhan yang selalu berubah dimata pk. Kadang ia ingin didatangi dengan kaki telanjang (mesjid), kadang dengan kaki bersepatu (gereja). Kadang sapi dianggap sakral.....tapi kadang pula harus dijadikan korban.

"Mengapa begitu banyak Tuhan?"kata dia berteriak disebuah gudang berisi puluhan patung tuhan/dewa syiwa. Adegan ini bgtu menyentuh sampai saya dan kiri kanan saya pada "nyedot2 ingus" tanda menangis wkwkwkw.

"Apa yg harus kulakukan?aku sudah menyembahMu dengan semua cara yang kau suruh,tapi kenapa kau tidak juga menjawab", pk berteriak dengan air mata berurai. Tuhan diam.

Bagian paling saya suka adalah ketika pk, dalam usahanya yang tak putus asa mencari Tuhan itu.....diminta menyerahkan uang/harta dengan embel2..."supaya tuhan menjawab doamu". (Luar biasa.......bukankah spt ini yg skrg byk terjadi?)

Sampai akhirnya pk tiba pd kesimpulan...."Oh, tuhan itu adalah CEO dari bgitu banyak perusahaan (rumah ibadah), dan semua pemuka agama dan orang mulia ini adalah managernya." lalu "semua doa2 itu tidak terjawab, karena para manager menekan nomor yg salah (bad connection) ketika hendak menghubungi Tuhan".

Satu lagi adegan yang dalemmm banget adalah ...pas si "pk" bingung bagaimana orang2 bumi koq tau, tuhannya yang mana....

"pasti tiap orang2 ada tanda lahir yg menunjukkan tuhannya yang mana,"dia mikir gitu. 

So, suatu malam,  pergilah  pk ke kamar bayi di RS, bawa senter.....lantas sibuk memeriksa badan bayi-bayi dibox ...buat mencari tanda lahir yg menunjukkan agamanya.   (Luar Biasa...dalemmm bangettt tu sindirannya) 

Bagian TERBAIK dari film 2,5 jam ini adalah bagian akhir, saat pk diminta berdebat dengan YANG MULIA (seorang pemuka agama yg dianggap suci di India), LIVE disiaran televisi.

Yang Mulia lantas berkotbah ttg Tuhan yg adalah satu2nya jawaban, pengisi kekosongan hidup, harapan bagi umat manusia, dst dst...semua terdengar benar. Lalu ia menusuk pk dgn pertanyaan pamungkas: "lalu siapa kau? yg brani2nya bilang Tuhan tidak ada."

DAN, inilah jawaban pk. "Kau benar. Tuhan meman ada...tapi skrg aku tau bhw ada DUA tuhan....pertama Tuhan yang mencipta kau. Dan kedua, tuhan yang kau ciptakan. Tuhan pertama harus kau sembah....dan tuhan kedua harus kau musnahkan".

CIAMIK.

Saya rekomendasikan film ini untuk ditonton semuaaaaaa orang, terutama para pemuka agama yg sering merasa jadi 'pintu gerbang' manusia menuju Tuhan, but at the end they are nothing but "giving God a BAD name".

3D2N Danau Toba: Empang Raksasa, sampah plastik hingga bangkai anjing serta kekayaan budaya (Bag 2)

-Edisi sebelumnya: Selama 28 tahun infrastruktur rute Medan Parapat tak juga berubah. Dulu butuh waktu 5 jam, sekarang juga! Akomodasi dan atraksi diParapat, sebagai pusat keramaian Danau Toba juga tak berkembang. -


 *
Hari kedua, sesudai yang diagendakan pagi pagi kami sudah stand by untuk mengambil kapal charteran buat keliing danau toba dan mampir di Tomok. 

Awalnya sih tidak mau charter. Mau naek yang kapal umum biasa aja, barengan dengan turis dan penumpang lain.  Tapi ternyata ngambilnya tidak didermaga yang dekat hotel itu, tapi….entah dimana hahahaha.  Oiya, kalau naek kapal umum bayarnya tidak mahal koq …. Rp 25 – Rp 30 ribu per pax.  Kapasitas kapal sendiri sekitar 60-75 orang.  Kalau charter harganya Rp 900 ribu.

*
Sembari menunggu satu lagi keluarga kerabat untuk bergabung bersama group kecil kami (lumayan, mereka 6 orang ditambah kami ber-5 jadi 11 orang….rameee sikittt lahhh) saya sempat mendengar tawar menawar “KHAS BATAK PISAN.” 

Ini dialog 2 orang bapak batak, yang tukang kapal (TK) sekitar 40 an; yang konsumen (K) 50-60 an. Jurus yang dipakai oleh sibapak konsumen apa lagiii kalau bukan jurus “TAROMBO”….. emmm kalau terjemahan EYD-nya ‘urut silsilah’. Kalau bahasa kerennya: Sok Kenal Sok Dekat (SKSD).
Simak percakapan berikut. Kali aja bisa temans pake pas belanja emas di Pasar Senen :D

(Kons):“Laeee…sadia ma molo neng manewa aha on…….. angsa angsa on”  (Lae, berapaan ni sewa angsa angsaan – maksudnya sepeda aer bentuk angsa)

(TK):“limapuluh laeee……nga adong i….daptar naaa. Molo au holan operator do…” (Limapuluh rebu lae. Nohh, uda ada daftarnya. Gue mah operatornya doangg)

(Kons):“Bahhh, harga ma’iiiiii??…….kurangi maaaa”  (gilee, mahaal amat? Kurangi dong)

(TK):“Dang boi lae……molo boi doooo….nga hulean tu hamu” (Kaga bisa lae. Kalo bisa uda gue kasi ke elu)
(DIAM SEJENAK)

(Kons):“Ai marga ahaaa do hamu, lae?”  - -  sibapak konsumen mulai masuk gigi-1. (Lae marga ape?)

(TK):“Tambunan do au……sian huta ni parbalige-an” (Tambunan gue, dari balige)

(Kons):“BAHHHH!!  i do????? Jadi Tambunan do ho?? Baaaaaaahhh poang (nada sok kenal dan sok kaget,padahal tambunan kan banyak??).”   Lanjut gigi-2

(Kons) “Jadi, aha muna ma…..marga Tambunan na jabuna dilambungi parsikolaan pandita na di aha an?....na mambuat boru aha an”     (Ah, serius lo? Tambunan? Ya ampunnn…. Jadi tambunan yang rumahnya disebelah sekolah pendeta sono, apanya elo?)

(TK):“Apala amangborukkuuu do iiii…..”  (Buset. Amangboru gue tu)

(Kons):“Baaaahhhh…..jadi apala abangmuuu do auuuuu” – ceileeeeeeeee langsung brader-an.  (Oya? Gilee, berarti elu panggil abang la ke gue. Sodara kita)

(TK):“Baaahhhh….i dooooo”  (Ya ampun, serius lo?)
(Langsung acara urut urutan, konfirmasi tetangga, opung dan seterusnya….pokoke SAMPEE ditemukan benang merah bahwa si bapak kapal adalah sodaranya doi).

5 menit kemudian.

(Kons):“Jadiiii….35 ribu maaaa daaa? Asa las roha ni si gelleng gelleng on”   (Jadi, 35 ribu aja ya? Biar seneng tu si bocah bocah)

(TK):“Olo maaa Bang….baen ma”  (Oke deh. Sip)

DEAL!

Hahahahahahaaha…
*

“Kapal kapal ini…..tak pernah berubah,”gumam saya dalam hati, memandang kapan KANRO yang akan membawa kami, sambil mengingat ingat pengalaman 28 tahun lalu.  Sweet memory….time flies.


Yang berubah adalah: Danau Toba.

Ia tak lagi sebiru yang dulu. Boro boro biru, warnanya berubah jadi hijau….pekat.  Kalau Anda mengamati lekat lekat permukaan air, seperti ada kekentalan (viskositas) yang tinggi.  Dulu, saya selalu menyentuhkan jari jari tangan saya ke birunya danau…mersakan sejuk dan dinginnya air. Sekarang? Waduhhhh ngga deh….sekilas koq pendaran kilauan airnya mirip air laut yang ketumpahan minyak. Tapi kalau ketumpahan minyak kan jadi warnanya coklat kehitaman. Ini hijau pekat kaya warna EMPANG…atau KOLAM yang LAMAAA tak terurus (temans tentu pernah liat kan, ada restoran atau penginapan yang punya kolam, tapi ngga dirawat sehingga enceng gondok nongol???? Nah seperti hijau itulah persis warna danau toba sekarang. At least warna danau sepanjang perjalanan Parapat Samosir.Sedih!) 

Disepanjang perjalanan Parapat – Tomok, buanyakkk banget saya lihat “copotan” enceng gondok……..berikut akar akarnya kecopot semua. Kali ketarik jangkar kapal yang lewat keknya tuh.   Bukan hanya copotan gondok………sampah plastic bungkus roti, teh kotak………plastik tisu, keresek…….hingga BANGKAI ANJING. YUP, bangkai anjing terapung apung diantara hijau kentalnya danau. Duh, ampun dehhhh……..  (Haloooo halooooo pak bupati, walikota….gubernur, kadispen pariwisata….whoever, whatever title…….bisa ngga ya itu danau dilestarikan lagi????????????????)

sampahhhhhh....dan gw rasa ga ada dinas pemda yang patroli bebersih

danau yang menghijau, kelihatan kan kental-bersedimen ga jelas gitu?..plus eceng gondok bertebaran

kata sodara ikut, danau toba klihatan seram, karena airnya seperti bebayang. Yakin pisan dia ada mahluk dibawahnya.Bah!!

Kami tiba di Batu Gantung.

Ini legenda lama, tentang kisah cinta terlarang.  Sedemikian rupa sehingga konon wanita yang patah tersebut menggantung dirinya disalah satu tebing tebing jurang yang mengelilingi danau toba.  Sejujurnya agak sulit memercayai hikayat cinta ini karena kalo diperhatikan koq bentuk bentuk “bebatuan” yang menggantung itu ngga mirip orang ya? Mirip untaian batu menjulur sajah.

Tapi ya sudahlah.

Kapal KAMRO yang kami naiki cuma berhenti sekitar 5 menitan saja untuk memberi waktu jeprat jepret secukupnya.  Agak terganggung juga lama lama karena bocah bocah danau toba paruh baya yang berputar putar mengitari kapal dengan sampan kayunya sambil berteriak:
“Bang…..banggggg….lemparkan laaa uang seribu kertasssssssss”

“Kakkkk….lemparkanlah uang dua ribu kertassssss…….”

anak anak kecil hingga paruh baya meminta seribuan, diantara danau yang pekat-menghijau

Tolong digarisbawahi kata kata “KERTASNYA” ya bro sis. Jangan dikasi uang logammmm. Wahhhh, ga bakalan mereka mau menyelam didasar danau yang hijau bereceng gondok dan keruh itu buat mencari logam kecil seribuan.

Cukup dengan batu gantung, kapal langsung putar haluan menuju Tomok.

Dari Parapat ke Batu gantung sekitar 25 menit…dan dari situ ke Tomok kurang lebih 40 menitan.
Atraksi utama di Tomok adalah kios kios suvenirnya dan tentu saja The Famous atraksi Sigale-gale dan Makam Raja Sidabutar.  

Sigale gale, aslinya adalah sebuah patung yang HIDUP dengan mengandalkan kekuatan kekuatan magis dari para dukun (datuk kalau istilah lokalnya).  Alkisah, adalah seorang Raja Rahat yang kaya raya dengan harta dan kuasa berlimpah. Sayang, ia hanya punya satu anak. Itulah dia si Pangeran Manggale.  Sayang, dalam sebuah peperangan antar suku, sang pewaris dan anak tunggal raja meninggal dunia.  Kehilangan ini menimbullkan nestapa tak berkesudahan. Berhari hari, berbulan bulan hingga bertahun tahun raja bermuram durja, mengurung diri dan puncaknya sakit keras hingga membuat para datuk dan penasihat harus memutar otak mencari cara mengembalikan sukacita raja.

Maka dengan menggunakan kesaktian dan begitu banyak TUMBAL, akhirnya patung sigale gale ini pun jadilah. Padanya dikenakan pakaian kebesaran sang pangeran. Roh (tondi) ‘magis’ dari nyawa para tumbal yang dikorbankan itu membuat patung ini seperti hidup saat GONDANG batak yang membahana itu dibunyikan.  *Saya memang sudah lama mendengar soal GONDANG batak ini….jangan anggap dia sama dengan gendang tambur pas lagi dangdutan lho ya……gondang yang ASLI mengandung dan mengundang roh roh jahat kononnya*  

Dilokasi Sigali gale pengungung dipersilahkan ‘manortor’ bersama patung tiruan.  
Patung tiruan? Yup, karena yang asli telah disimpan oleh keluarga "raja raja" setempat ditempat yang mereka kasi nama Museum Hutabolon - 25 menitan dari Tomok. (Kalau saya pikir pikir, bagus deh atraksinya kaga pake yang asli….lhaaaa tar para kesurupan gimana??? Nightmare pisan.).

Menurut bapak yang berkisah…..saat ini masih ada tinggal sekitar 20 keluarga kerabat dari raja terdahulu. Mereka ini masih menganut kepercayaan PARMALIM (Palbegu) yang menyembah kuasa kuasa ‘lain’.  Ia bercerita, kalau mau melihat atraksi dunia hitamnya monggo datang ke Samosir saat salah satu dari keluarga tersebut sedang melakukan pesta; misalnya mengawinkan kerabat. Seperti biasa, yang namanya kawinan batak mahhh pasti ada acara tortor manortor.

Nah, tapi kalau pesta batak modern sekarang musiknya udah pake keyboard aka organ tunggal….maka para keluarga ASELI ini masih dengan gondang gondang yang mengudang para ruh ruh itu.  *seru juga sih……..mmmm….dateng ga yaaa? - - ceileeee kek gue diundang ajaaaa kalau ada pesta wkwkwkwkwkw *

Bapak DJ (yg narik2 tali biar gale2 joget) menuturkan kisah behind the story


Oiya, selain temans dapat mempelajari dan menari bersama Re-make Sigale-gale, temans juga dapat melihat miniature rumah batak di Tomok ini.  Seperti rumah panggung. Bagian bawahnya lazimnya dibuat oleh para keluarga Batak jaman baheula untuk memelihara nguik nguik alias Babi dan mungkin peliharaan lainnya (tentu tidak termasuk istri/suami peliharaan hehehe…kiddink).  

Eksterior rumah asli Batak biasanya ada relief CICAK dan (maap) “susu” atawa toket (..kl yg bisa terbang adalah roket).

Cicak adalah symbol bahwa orang Batak tu kudu membaur, dan selalu ada dimana saja (kek cicak itulahhh).  Mulai dari penjuru dunia timur sampai barat,para leluhur menubuatkan akan selalu ada orang Batak….mmmm, bener juga sih ya? "Mereka harus adaptif dengan lingkungan seperti si cicak, yang akan nongol disetiap rumah TANPA pandang ras, suku, agama, kaya, miskin, partai, golongan dll,"begitu kira kira nubuatan para nenek moyang Batak tentang keturunan2nya.

Nah, adalah SUSYUU melambangkan kesuburan.  Secra menurut pemahaman leluhur Batak, kekayaan sesungguhnya adalah ANAK (anak ku do hamoraon di au/anakku adalah kekayaanku). Jadi kudu nyari bini/suami yang subur. Bahkan menurut bapak yang berkisah, jaman baheula sudah lajim punya putra 17 dan putrid 13. HAHH???????? – pantesannnn populasi Batak banyak kalliiiiiiiii pun -

Cicak, Empat Syusu (normalnya pan DUA, ini empat...meaning double fertility)

Dari atraksi sigale gale, kami melaju ke situs berikut yaitu MAKAM RAJA SIDABUTAR.
Buat para arkeolog dan sejarawan situs ini sebenarnya sangat menarik.  Sayapun sebenarnya tertarik, terutama saat mendengar sistem ‘pemerintahan’ yang diterapkan oleh si Raja Sidabutar ini saat menjatuhkan hukuman bagi para penjahat.  Vonis dijatuhkan berdasarkan musyawarah. Hal ini terlihat dari patung batu 14 orang (patungnya cuma sepertiga badan doang).

Keempat belas orang ini duduk berkeliling membentuk lingkaran. Tidak ketauan yang mana penjahatnya, mana tetua, mana raja mana penasihat. Tapi yang menarik, buat saya, adalah posisi tangan tiap tiap patung. Ada yang dilipat vertical pada dada, ada yang kebawah, dan seterusnya. Ada juga patung wanita yang terlihat dari dadanya yang ber”susu” (istilah bapak yang berkisah).

patung2 yang tak terurus sampe lumutan. Dikasi ke arkeolog bule di LN aja sonoo...

kenapa yaa...pemda itu suka kek ga menghargai yang berbau history-budaya gini?

coba liat lipatan tangannya....beda2 kan? Pasti means something....sayang pemda setempat tidak berusaha memperkaya sejarah lokal


Sosok Raja Sidabutar sendiri dapat dikenali dari patung kepala yang melekat pada ujung barat makamnya, diujung timur terlihat patung sang ratu. Dibawah patung kepala Raja Sidabutar, ada patung panglima perangnya yang terlihat seperti sedang berjongkok.  Ketiga sosok kepala hingga separoh badan ini menghadap kearah perairan danau toba. 

“Raja Sidabutar memiliki mata yang besar, dan memiliki kesaktian melihat musuh dan objek lain dari jarak hingga pulihan kilometer. Rambutnya panjang menjuntai dan tak pernah dipotong sejak ia lahir hingga meninggal dunia,”kata bapak penjaga makam. 

Buset…..gondrong banget? Saya mencoba menghayal hayal sepanjang apaa itu rambut? Ckckckc.
sisi depan Makam Raja Sidabutar dipebukitan Tomok (yang atas Raja, bawahnya adalah panglima dia yang setia)

*
Secara atraksinya tidak banyak di Tomok, kami cuma menghabiskan waktu 1.5 jam saja disana.  Sayang sekali TOMOK ini TIDAK diberdayakan oleh pemdanya.  Padahal dibuat kek spot spot berdasarkan kekhasan….misal sebelah utara untuk atraksi legenda, sebelah timur wisata kuliner, sebelah barat spot untuk berfoto/panoramic spot…..lalu selatan buat merchandise.

Klik VIDEO dibawah ini untuk melihat videonya: https://www.youtube.com/watch?v=ZTjF2zgnsiE&feature=youtu.be

3D2N Danau Toba: Tak Terurus! Kemana Saja Kau PEMDA SUMUT?????? (Bag 1)



Ini perjalanan bersejarah. Tepatnya mengulang sejarah…soalnya kali terakhir saya mengunjungi danau toba sekitar 13 tahun lalu (cuma menginap, tidak pakai berkapal ria menuju pulau samsori eh samosir). Nah, kalau mengarungi danau toba?........wahhhhh…..ini malah lebih gila lagi. Kalau tidak salah 28 tahun lalu, waktu saya kelas 3 SMP. *wahhh ketauan deh usianya hahahaha*
Rencananya sih dari danau toba mau melanjut ke kampong ogut di Pearung, Balige sono. Tapi karena satu dan lain hal tak jadi. Simak ceritanya, jangan kemana mana :D
*
28 tahun lalu, dari medan hingga danau toba ditempuh dengan durasi kurang lebih 5-6 jam.
13 tahun lalu, dari medan hingga danau toba ditempuh dengan durasi (masih) kurang lebih 5-6 jam.
KINI, jarak tempuh dari medan hingga danau toba MASIH…..MASIH sodara sodara ditempuh dengan tempo 5-6 jam. Rutenya ya itu itu juga…..Medan, Perbaungan, L.Pakam, Tebing Tinggi, Siantar, Parapat.


Bukanlah menurut teman ini aneh?????  Berarti tidak ada pembangunan infrastruktur dong??? Maapkan keluguan saya, tapi kalau dibandingkan Jakarta – Bandung perasaan ada kemajuan deh dari segi waktu tempuh. Sepuluh tahun lalu lewat puncak mungkin 4 jam, sekarang lewat cipularang mah 2 jam sajah. It calls: HASIL PEMBANGUNAN. 

Catatan #1: tolong ya bapak ibu pejabat pemda sumut….dipikirkan itu soal jarak tempuh.

Pemandangan sepanjang jalan tapi berubah lho, yakni: BERTAMBAH BURUK.  Jangan berharap lah dapat pemandangan asri. Semrawut! Apalagi sekarang lagi musim hujan. Itu rumah rumah banyak banget yang halaman tanahnya tergenangi air. Memang rata rata air belum sampai memasuki rumahnya, tapi kebayang lah pasti nyamukan….dan ancaman penyakit lain. 

Jalan antar kota nya juga bukan yang standard jalan aspal dengan kiri kanan pedestrian.

PEDESTRIAN? Huh!! Boro boro lah. Cuma jalan raya….lalu dipinggir kiri kanannya ya jalan tanah biasa. Ngga tau juga kalau ada orang mau jalan kaki harus lewat mana.

Catatan #2: Ibu walikota Surabaya mungkin perlu kita pinjamkan ke kota kota sepanjang jalur parapet-medan biar :  disulapkan dulu kota kota tu biar jadi cantekkk sikit (pake logat medan)

gambarnya kurang jelas, tapi kalau diperhatikan...antara dua rumah itu adalah genangan

tak ada trotoarrr......kalau hujan becekkkk/banjerrrr
Potensi budaya sebenarnya banyak yang bisa 'disisipkan' disepanjang rute Medan Parapat ini. Karena, beberapa kali saya menemukan bangunan bangunan KUNO....rumah lama 2 lantai dari kayu. Mirip Rumah Baba di Neil Road Singapore itu.  Tapi yang ini kosong, tak terurus dan tak berpenghuni. Mungkin turunan dari yang punya rumah "putus" (entah pindah ke LN, atau meninggal tak ada penerusnya). Sayang sekali......

*
Brangkat jam 9….hampir jam 3 an setelah 1 jam makan di Siantar. 

Kami berangkat berlima (3 dewasa/saya,sodara dan ipar dan 2 anak anak) menginap di Hotel Inxx, Parapat.  Sewaktu check in antrean tamu tampak disekitar resepsionis.  Mungkin karena libur Natal dan menjelang tahun baru jadi banyak yang mau liburan. Untungnya kami sudah membeli voucher hotel duluan….jadi kaga usah rebutan ama ‘the batak’ers’ lain diresepsionis. 

Detail booking-an:  Villa tipe FAMILY (with Two) ROOM dengan harga Rp 2 juta per malam (tepatnya Rp 1,95 juta). Mahal gila!!!!!  Tapi konon ini hotel lumayan punya, bintang TIGA. Jadi saya pikir…..yaaaaaaa…….maybe its comfort worth the price!

Berjalan dari lobby depan menuju villa kami (no. 137) perasaan saya agak agak kurang sreg.  Jorok.  Taman  (bukan taman juga sih, rerumputan disektor depan hotel tepatnya) tampak semrawut dengan sampah berserakan.  Kami juga harus melewati pintu masuk samping aula hotel yang selalu dijadikan tempat makan pagi/siang/malam….. lantai teras pintu samping KOTOR, berabu (maklum pintu sampingnya itu kayanya kaga pernah dijadikan entrance…ditutup terus).

Oiya, btw, Hotel Inxx Parapat ini mencantumkan TIGA BINTANG pada papan nama utama depan hotelnya. Dan satu lagi, hotel ini adalah salah satu harta pemerintah alias BUMN/BUMD.

Feeling saya kurang enak tentang hotel ini .

Benar saja. Awalnya saya bayangkan yang namanya villa ya ada ruang ruang kamarnya.  Lha, ternyata yang namanya dua kamar tidur itu adalah satu ruangan seluas 4x8 m2 yang disekat partisi 7/8 (maksudnya partisinya juga tidak full hingga ke langit langit kamar).   Tidak hanya itu, lemari kayunya sudah rusak. Handlenya bolong, dan sudah tidak bergeser dari relnya.  Kalaupun pintunya tidak RINGSEK seperti itu, jangan haraplah saya mau menyimpan pakaian didalamnya.  Papannya keset, berserabut dan akan merusak serat serat baju Anda. Parah!


Lemari esnya (ukuran kecil minibar)bau karena tidak terpasang kelistrik (entah sudah berapa lama tak terpasang).  Dalamnya pun kotor dan bagian bawah lemari es entah sudah berapa lama tidak dipel.  Oiya, ternyata tidak hanya bagian kolong minibar….kami juga menemukan plastik plastic sisa makanan dibawah tempat tidur. 

Dan, satu lagi yang agak membuat kaget: KAGA ada AC nya, bow. 

Gini lho ya teman teman, saya juga mudeng kalau danau toba dimusim hujan itu akan adem, semriwing dimalam hari. Tapi dengan harga Rp 2 juta per malam, dengan kualitas seperti ini dan TANPA AC rasanya koq ya kaya dirampok habis habisan.  AC toh gunanya tak hanya untuk bikin adem, tapi juga buat menghalau nyamuk.   Soalnya tanpa AC mau tak mau harus buka kaca kaca nako-nya itu…lha itu mah pintu masup buat seranggaan dan nyamuk lha. And you paid Rp 2 million for that?  Kalau cuma Gopek ribu sih kita rela rela aja bos.

Satu lagi: kaca nakonya ilang satu!  Dan selama 3 hari dua malam kami menginap tak juga diperbaiki. Padahal saudara saya sudah tereak tereak via telpon atau ‘live’ memanggil siapapun pegawainya yang lalu lalang disekitar villa itu.  Ngga ngaruh!

Terakhir, dari salah satu bapak yang membantu mengepel kolong kolong (Bapak Sirait) kami tau bahwa para pegawainya itu ternyata kebanyakan pegawai HARIAN.  Gile uda kaya pekerja bangunan aja, harian. Asal comot aja. Pantesan plenga plengo……disuru ngapa ngapain aja kaga ngartos.  Gimana sih, hotel bintang tiga tapi mempekerjakan pegawai harian?????

Oiya, menurut bapak sirait….kaga usah berharap itu jendela nako bakal diperbaiki.
“Itu sudah mau dua tahunn buu……ngga juga itu diperbaiki.”

Bah????
 *
Kegundahan agak sedikit terobati ketika tau ternyata biaya Rp 2 juta itu udah include makan pagi, siang dan malam buat 4 tamu.  

Tapi, malamnya pas melihat menu……yahhhhhh, ini mah kalau diwarung per per orang paling kena Rp 25 ribu, dikali empat jatuhnya seratus ribu kali 3 kali makan jadi Rp 300 ribu. Tetep aja harga Rp 1,7 juta kemahalan.   Ternyata hotel bintang tiga inipun tidak mempersiapkan jumlah makanan yang sesuai dengan tamunya. Kami harus buru buru makan dan berlomba bersama tamu lain. Jam makan memang jam 7-9 malam. Tapi kalau datang jam 8 paling dapat sisa sisanya doing…..siap siap aja makan nasi plus krupuk

tamuuu antreeeeeee......dan cuma bisa menatap nanarrrr panci panci kosonggg (padahal dah bayar)

Sebenarnya hotel ini punya potensi besar buat berkembang, arealnya luas pisan bow……. Trus lumayan asri luarnya walau belum maksimal digarap. Oiya, satu lagi….dia punya ‘pantai’ sendiri.  Tidak lebar/panjang sih….paling bentangnnya 20 meteran. Tapi lumayan buat anak anak berenang. Sebenarnya bentang itu bisa lebih dari 20 meter kalau saja jetski, sepeda aer dan kapal kapal boat itu tidak nebeng parkir diaeral pantai pantaian tersebut.


NEXT: Danau Toba yang berubah jadi Empang Raksasa. Drama sampah plastik hingga bangkai anjing, serta kayanya history Batak di Samosir. Klik untuk membaca lanjutannya.