Welcome to My Website. I studied engineering but later became a journalist, who then "rewarded" me with a Master's degree in Finance & Accounting ... but in the last 10 years, I trained and shared COMMUNICATION skills - not about money, or building materials. I fell in love with this knowledge, then deepened it scientifically as a Master in Communication Science. Now, I teach from Interpersonal, Self-Concept, Creative Writing, Family Communication to Media Handling Skills in corporations, government, and campus. That is ... my life is full of surprises and unusual dynamics.To know more about me, please follow my FB&IG at Feby.Siahaan

The Gun Man (2015) - Lagi Lagi mempertontonkan kebusukan Mining Industry mengeruk kekayaan

Film ini lumayan juga.

Bukan rahasia lagi kalau perusahaan pertambangan kelas KAKAP alias kelas dunia seringkali "ikut campur" atau tepatnya dengan sengaja main kotor dalam urusan politik demi memuluskan bisnis tambangnya.  Masih ingat film Black Diamond (2006) yang dibintangi Leonardo Di Caprio? tentang bagaimana politikus (bahkan militer) Amerika ikut campur dalam pemburuan harta karun emas hitam di Afrika sana.  Nah, film ini kurang lebih sama, tapi dengan angle yang berbeda.

Adalah Jim Terrier (Sean Pean), pembunuh bayaran yang disewa oleh perusahaan pertambangan milik Amerika yang beroperasi di KONGO. Diatas kertas ia adalah teknisi disebuah perusahaan mekanikal yang berafiliasi dengan NGO internasional dimana pacarnya Annie (Jasmine Trinca) bekerja. Namun ia dan empat orang rekannya lain adalah juga pemasok senjata sekaligus trainer bagi kaum pemberontah Kongo. Para pemberontak ini tak lain adalah "peliharaan" mining industry yang beroperasi disana. (hmm, sounds familiar modus kek gini)

Sean Pean cocok memainkan peran ini. Dia tidak bertampang necis seperti Jason Statham, tapi juga tidak kelihatan tua dan membosankan seperti Liam Neeson.  Apalagi di Gun Man, ia memerankan tokoh yang "emosional" dan labil setelah sengaja diperintahkan menghilang paska menuntaskan projeck Calvary. Ini bukan sembarang projek tapi projek pembunuhan atas  Menteri Pertambangan Kongo yang tidak pro dengan korporasi barat dan memutuskan untuk merenegosiasi kontrak kontrak dengan permbangan asing. *hmmmm.....saya koq jadi teringat Wamen ESDM Wijajono yang 'konon' meninggal karena kelelahan saat mendaki gunung tambora ya? beliau ini kan aktif mengusulkan renegosiasi kontrak kontrak tambang yang merugikan negara. Jangan jangan.............*

Singkat cerita, setelah sukses men-door menteri Kongo, Jim menghilang dan kemudian memilih menjadi aktifis LSM. Delapan tahun berselang, semua baik baik saja sampai akhirnya...suatu hari saat sedang bekerja satu grop pembunuh bayaran Afrika mencari dan ingin membunuhnya.

Inilah inti cerita: "Who wants to kill me?"  Atas petunjuk dari rekan lamanya, Jim berkelana ke Barcalona, untuk mencari tau dalang semua masalah tersebut.  Dalam upaya pencarian ia bertemu pacarnya, Annie yang telah menjadi istri dari Felix (Javier Bardem) - penghubung antara Jim dkk dengan perusahaan tambang. Cinta segitiga yang klise, yang tentu saja....berakhir happy ending.

Ide ceritanya oke lah. Tapi kurang jelas juga, APA sebenarnya yang memicu tiba tiba para pembunuh ini akan dimatikan? Sampai akhir film, nama perusahaan Mining yang jadi dalang juga tidak terungkap. Lalu apa motif mereka setelah 8 tahun membunuh Jim dkk? Mengilangkan jejak pembunuhan menteri kah? Atau apa? film ini lebih fokus pada drama Jim dan Annie, diselingi dor dor an upaya Jim menemukan pembunuhnya.

Overall, not bad!

Score: 7 out of 10.


Resensi film SURVIVOR (2015): Lemah di DETAIL dan PLOT



Entah apa maunya sutradara film SURVIVOR (2015) James Teigue.  

Mau menyaingi kesuksesan BOURNE the series, tapi gagal.  SURVIVOR tidak seperti BOURNE yang dengan detail menggambarkan BAGAIMANA proses jagoannya bisa pindah pindah negara saat dikejar dikejar oleh "organisasinya"  sendiriSementara di film ini, jagoannya yang bernama Kate Abott (Mila Jovovich) yang sudah dicari – fotonya tersebar dimana mana – bisa dengan entengnya dari London, naik pesawat menuju New York. Blah????!!

Kate Abott adalah seorang staf level JUNIOR yang bekerja di Kedutaan Amerika di London. Konon ia direkomendasikan ibu Dubes karena nilai nilainya yang wahid saat masih kuliah.  Ntah apa hubungan nilai nilai itu dengan “ketajaman instingnya” sebagai petugas pemberi (interviewer) VISA seperti yang sering didengung dengungnya atasannya Sam Parker (Dylan Mc Dermott).

Alkisah, dilator belakangi ketajaman instingnya tadi, Abott menaruh curiga kepada seorang pelamar visa yang berprofesi sebagai dokter, applied visa ke USA untuk kepentingan seminar…..KIMIA. 
Karena curiga maka dipostpone lah visa nya oleh Abott yang ujungnya membuat ia menjadi incaran sebuah kelompok…..nah ini juga membingungkan TERORIS kah, MAFIA kah atau segerombongan orang orang sakit hati? Intinya Abott berkali kali berusaha dibunuh oleh seorang pembunuh bayaran yang dikenal dengan nickname:  THEWATCHMAKER.

Ding dong! Watchmaker diperankan oleh Pierce Brosnan, yang selama ini lebih sering jadi jagoan, kali ini jadi bandit. Tapi sepertinya gagal. Menurut saya Bronsnan terlalu "manis" untuk peran pembunuh berdarah dingin ini. Nah, si Watchmaker ini juga ngga jelas latar belakangnya bagaimana…… yang pasti jagoan dan suka utak atik jam tangan.

Begitulah, film ini sangat LEMAH dari segi PLOT dan DETAIL.  Terlalu digampangkan. Puncaknya adalah penyelesaikan (atau tepatnya penyelamatan) yang dilakukan Kate Abott terhadap jutaan warga New York dari bom kimia tepat saat New Year. – o, iya, New Year nya tahun berapa juga ngga ada informasi…….. sekali lagi, sangat lemah di detail.

KESIMPULAN: Tidak saya rekomendasikan untuk ditonton 


Why You Should Go to Bali on Nyepi Day: The Sound of A Lonely OCEAN (2)

*

Jam 7 pagi, tepat pada hari NYEPI, saya terbangun dan.......alamakkkkkkk.  SEPI NIAN.

Sambil mengucek ucek mata saya membuka pintu kamar, lalu beringsut jalan ke depan...ke arah ENTRY WAY hotel. Lhaaa, ternyata sudah di"BLOCK" alias ditutup dengan terpal setebal tebal kulit YAK (Hewan Tibet yang kulitnya suka dijadikan gorden).

"Pantesan agak gelap....." pikir saya sambil mendekati terpal yang membentang kiri-kanan sehingga orang luar TAK BISA mengintip suasana didalam lingkungan hotel.

"Ditutup mbaa.....rappat rappat kita tutuup supayaaa tidak bisa kelihatan oleh cekalan,"tiba tiba suara salah satu blih penjaga hotel mengangetkan saya.

"Kenapa sampe rapet gini, blih"

"Karena kalau sampai ketahuan ada 1-2 lampu menyalaa,.....dilempar nanti sama cekalang lampunya."

Btw, sebelum keluar kamar saya cek...siaran TIPI pada dead smua. Biruuuu ajahhhh....ama semut2...hehehehe.

Untungnya para tamu hotel masih terjamin makan minumnya oleh hotel. Terutama makannya. Seperti pagi ini, telah tersaji nasi goreng dan teh panas dimeja.

Ya udah, terduduklah ogut sambil pelan pelan menikmati sarapan. Abis ngapain buru2 hehehe...kaga bsia kemana mana juga. It's gonna be a looongggggggggg daaayyyyyyy.

Selepas sarapan temen saya, Depoy memutuskan untuk "brenang renang lucu" dikolam renang. Saya memilih untuk duduk diam berkontemplasi saja dimeja restoran.*
Bali di Hari Nyepi ini adalah DIAM yang sesungguhnya.  Tak ada suara motor yang hilir mudik.

Ajaib, walau pantai jaraknya 200-300 meter dari hotel saya menginap, saya bisa mendengar lamat lamat deru ombaknya.

 "The sound of a lonely ocean."

Jangan harap dihari biasa suara ombak bisa terdengar dari hotel ini.  Tidak hanya daratan, udara pun begitu sepi. Langit cerah, biru cerah. Begitu jernih karena TERBEBAS dari polusi buangan knalpon bahkan asap pesawat yang biasanya seliweran dilangit.

Hampir sepanjang hari saya habiskan dengan berdiam diri, dan diselingi dengan membaca buku atau menulis "oretan" untuk buku ketiga saya.

Sekitar pukul 4 sore lewat, saya terlelap.....mungkin sangkin heningnya.

Tak jelas berapa lama saya tertidur tapi yang jelas saya terbangun karena suara derit derit pintu. Saya mencelikan salah satu mata....mengintip teman saya yang keluar masuk kamar.  Tak lama, mungkin ia melihat saya mulai terbangun, ia berkata:

"Jek...jek....elu liattt deh keluar....gelapppppppp bangeuttttttttt. Hiiiii..."

Saya lirik jam, pukul 18.20-an.  Saya bergerak malas malasan. Dalam hati saya mikir "ya iyalah jam segini pasti gelap, mana lampu juga terbatas boleh menyala"

Saya membuka pintu kamar, dan :  "ASTAGAAAAAAAAAAAAA...ini bukan gelap. Ini HITAM PEKAT"

Jarak pandang saya NOL. Begitu pekatnya malam sampai saya seperti bisa meremas warna hitam pekat itu.  Saya buru buru masuk ke kamar, mengucek ucek mata sambil membawa handphone.   Bukan buat moto tentunya heheheheh......tapi buat jadi "senter dadakan".

Pelan pelan saya berjalan dari kamar menuju pintu masuk hotel, maksudnya mau intip diluar...dijalan ada apa kalau udah hitam pekat gini. Adakah zombie zombiee berjalan tertatih tatih seperti di Pilem? hahahahahahah.........pas saya lagi jalan pelan2 dibantu cahaya dari layar HP, ehhhhh....ada suara blih..

"Mba, jangan klihatan cahayanya dari luar. Jangan dekat dekat ke jalan, nanti kalau ketahuan cekalang ada cahaya sedikit saja bisa marah".

Yahhhhhhhhhhhh.....ga jadi deh, balik badan dan akhirnya saya hanya puter puter sidak dilingkungan hotel.

But, you know what.  Matinya kehidupan .... tanpa polusi maupun pembakaran dari dapur dapur membuat langit bali begitu cerah.  Jutaan hingga milyaran bintang terlihat begitu jelas di Langit Bali yang biru tua tosca. Beautiful!

Sepanjang sore hingga malam ini saya habiskan dengan bercakap cakap saja dengan teman saya tentu saja ditengah PEKATNYA HITAM dan cerahnya langit KUTA BALI.

And, you know what? I will be back next year for the same occasion (but will be a different experience): Seclusion Day (Hari Raya Nyepi)

Watch this VIDEO to sense and GET the feeling of "Seclusion Day in Bali".  

You can also watch my link in youtube: https://www.youtube.com/watch?v=FdWhBZ0rVW4