Welcome to My Website. I studied engineering but later became a journalist, who then "rewarded" me with a Master's degree in Finance & Accounting ... but in the last 10 years, I trained and shared COMMUNICATION skills - not about money, or building materials. I fell in love with this knowledge, then deepened it scientifically as a Master in Communication Science. Now, I teach from Interpersonal, Self-Concept, Creative Writing, Family Communication to Media Handling Skills in corporations, government, and campus. That is ... my life is full of surprises and unusual dynamics.To know more about me, please follow my FB&IG at Feby.Siahaan

Suka Duka RS Terapung Airlangga: Operasi Katarak Kala Kapal Bergoyang (Tamat)



Bayangkan. Ombak sedang tak bersahabat, tapi operasi mata harus tetap dilakukan….

*

Suatu hari siang bolong, di Puskesmas Pembantu (Pustu) Desa Mataalang, Kecamatan Liukang.

Dokter Trianggono Bagus Aryanto, sudah siap mengambil tindakan atas pasien ibu hamil dihadapannya. Di tangannya sudah tergenggengam peralatan untuk pemeriksaan. Tetiba saja ia sadar akan sesuatu,

“Saya perlu listrik untuk USG, ada genset?”

Dalam sekejab belasan bapak yang sebenarnya sedang antri untuk berobat, sibuk bergerak kesana kemari, mencari genset. Maklumlah, di desa ini semua terbatas. Apalagi listrik. Sumber energi itu hanya tersedia di malam hari. Itu sebab pemeriksaan masih bisa di desa, namun jika harus ada operasi maka pasien harus di boyong ke RS Terapung.

Genset pertama dibawa ke pustu.

‘Grrrrrkkkkk……brettt…betttt….ettttt.” Beberapa kali tuas ditarik dan gagal.

Hampir menyerah, datang genset kedua. Hanya satu dua tarikan saja, berhasil

Hari-hari berikutnya, kami harus menjadwal untuk mengisi batre handphone. Meski tak ada sinyal internet dan hanya satu operator telepon saja yang bisa masuk, kami tak bisa lepas dari

Selain listrik dan sinyal yang sulit, air pun terbatas. Di Pulau Sapuka, perhentian kami yang berikutnya, hampir semua sumur payau. Anyepnya air paling terasa saat menyikat gigi. Duh! Kecut di bibir. Tapi apa mau dikata. Teh manis saja bisa berasa asin, bukan manis.

Di kapal, semua orang harus menghafalkan warna pralon. Untuk mandi, maka yang dinyalakan adalah kran dengan peralon warna putih. Itu tandanya air tawar. Sementara untuk menyiram kotoran, gunakan keran dengan peralon biru yang dialiri oleh air laut.

Pengalaman lainnya adalah operasi di dalam kapal. Saat itu kami masih berlabuh di dekat Pulau Matalaang. Kapal tak bisa menepi karena air surut. Sehingga kapal buang jangkar agak jauh dari dermaga. Angin bertiup agak kencang. Ombak mengayun-ayunkan kapal. Kalau yang tak biasa, satu jam saja di atas kapal sudah mabok laut.
*
Suatu hari dalam perjalanan kami, Dokter Ganesa Wardana dan Dokter Zulfikri Halim mendapat banyak pasien mata. Warga pesisir dan kepulauan memang rawan penyakit mata. Hal ini karena paparan sinar matahari yang lama. Beberapa orang dijadwalkan operasi untuk mengambil selaput pada matanya. Ada juga yang harus operasi katarak.

Mereka berdua melakukan operasi di ruang operasi atas, khusus operasi minor. Satu jam berlalu dan baik-baik saja. Satu pasien terlewati. Namun pada operasi selanjutnya, perut mual tak tertahankan.

"Perlu hati-hati juga karena kapal ada goyangan," ucap Zulfikri saat bertemu Jawa Pos di dapur kapal. Dia akan mengambil makan. Mengisi perut agar tak kosong. Konon ketika perut kenyang, risiko mabok laut berkurang.

Hal-hal serupa juga terjadi dipulau selanjutnya, Sapuka dan Sailus. Warga nampaknya rindu dengan aksi bakti sosial ini. Hal itu terbukti dari banyaknya warga yang tidak melaut. Pengobatan dengan membawa dokter spesialis ini dirasakan warga 15 tahun lalu. "Dulu kalau mau periksa harus di kapal. Jadi sekarang warga sudah menyiapkan perahunya," tutur Kapolsek Liukang Tangaya Supriyadi. Menurutnya, beberapa warga tanya kapan RSTKA  datang lagi. "Setiap tahun sekali ada kegiatan, masyarakat sudah bersyukur," ucapnya.

Di Pulau Sailus, sambutan warga tergambar sejak kapal akan merapat di pulau. Satu kapal dengan bendera warna-warni menyambut Ksatria Airlangga. Dalam kapal itu, empat orang lelaki menabuh gamelan. Meriah.

"Harusnya tiap propinsi yang memiliki pulau, wajib memiliki rumah sakit terapung," saran Direktur RSTKA dr Agus Harianto. Kapal menjadi langkah strategis untuk mendekatkan layanan kesehatan pada masyarakat kepulauan. Sehingga setidaknya masyarakat dapat tertangani, tak perlu menunggu untuk dirujuk. "Ini kewajiban pemerintah," imbuhnya.

Sepuluh hari Ksatria Airlangga melayani masyarakat di Kecamatan Liukang Tangaya. Setiap orang yang di dalamnya mungkin sudah kebal dengan gelombang laut. Di penghujung hari ke-10 sang Ksatria menuju Labuan Bajo, mengantarkan punggawanya kembali. Di perjalanan, kawanan lumba-lumba bermain di sekitar kapal. Mereka berenang mengiringi kapal yang melaju. Sesekali melompat. Mungkin, ini salah satu pengingat bahwa di tengah laut sana ada masyarakat yang masih butuh obat. (lyn)
Tim Medis RS Terapung

Transfer Pasien ke RS Terapung



Wartawai Peliput RS Terapung

Seorang Wartawati 2 Minggu Tinggal di RS Terapung. Ikuti Tulisannya : "12 JAM UNTUK SELAMANYA" (Bag 1)

Selama 14 hari, wartawati Jawa Pos Ferlynda Putri ikut melaut bersama RS Terapung Ksatria Airlangga . Misi kapal ini adalah mendatangi pulau pulau terpencil, yang di peta hanya terlihat seperti noktah merah atau hitam. Pulau yang begitu terpencilya,  hingga luput dan  tak terjamah oleh fasilitas kesehatan yang mumpuni. 

Liputan yang kemudian berbuah sebuah tulisan panjang ciamik ini, adalah syarat kelulusan dari Program Health & Nutrition Journalist Academy (HNJA) 2019 yang diselenggarakan oleh Sekolah AJI Indonesia. Sebuah kegiatan tahunan berdurasi tiga bulan bagi wartawan nasional yang meliput isu isu kesehatan.

Wartawan tangguh siap menanggung semua konsekwensi demi menyajikan informasi terbaik bagi pembaca. Mengarungi laut lepas, ombak besar dan angin laut yang sering tak bersahabat adalah harga yang harus dibayar. Belum lagi harus meneguh teh manis rasa garam nyaris setiap hari, makan dengan menu terbatas dan tidur diantara peralatan ruang operasi atau tumpukan obat obatan. Maklum, kapal ini bukan sebesar Titanic....sebuah kapan ala Phinisi berukuran sedang saja. 

Liputan investigasi ini sudah dimuat di Koran Jawa Pos edisi 10 November 2019. Namun tulisan yang dimuat di situs ini adalah versi non edited, supaya Anda lebih puas membacanya.

Selamat membaca.
Febs - Kepala Sekolah HNJA 2019

----------------- ------------------ -------------------------- ------------------------------

Sawanti yang malang, dari Desa Matalaang, Kecamatan Liukang Kepulauan Pangkajene.

Perempuan ini kehilangan janin berusia lima bulan diperutnya. Kandungannya yang lemah, membuat janin  harus lahir prematur. Sayang, masalah timbul ditengah persalinan. Ari ari lengket, dan tidak bisa keluar. Mantri puskesmas bingung, tak tau harus berbuat apa. Mau tak mau Sawanti harus dirujuk ke rumah sakit di perkotaan.

Tapi Pangkajene bukan seperti Pulau Pramuka di Kepulauan Seribu, yang gampang mencari kapal menuju kota besar. Tak banyak pilihan angkutan, yang ada hanya lautan. Kota terdekat adalah Makassar yang bisa dicapai dengan 12 jam perjalanan laut. Pun, saat itu sedang musim ombak besar. Maklum, itu bulan Agustus yang oleh warga kampung disebut musim sulit. Musim angin menyebabkan ombak tinggi. Jika nekat nyebrang, risikonya nyawa melayang.

Suami Sawanti, Basri, tidak bisa segera melarikan istrinya ke Makasar. Tidak ada juragan kapal yang mau meminjamkan kapalnya hari itu. Sementara itu kapal perintis belum bisa bersandar di Pulau Matalaang. Dua hari Sawanti harus menahan sakit. Ari-arinya masih belum keluar.

"Saya pinjam perahu saudara. Saya nekat ke Makasar ditemani ponakan yang baru lulus sekolah kebidanan," tutur Basri dengan dialeg Makasarnya.

Ombak masih tinggi. Basri yang menjadi juru kemudi. Disampingnya, Sawanti tidur menahan sakit dan pasrah menunggu nasib.

Menurut keterangan saudaranya, tali ari-ari atau plasenta sudah di lubang vagina. Agar tak kembali masuk, maka diikat. Basri tentu tak tega melihat keadaan sang istri. "Ada darah. Saat sudah dekat Makasar, ari-ari itu masuk," kenangnya. Kejadian ini membuatnya tambah panik. Sayang, kapal tak bisa melaju lebih cepat.

Kejadian tersebut tak bisa dilupakan pasangan suami istri yang sudah dikaruniai 11 anak itu. Beruntung nasib baik masih berpihak. Tim dokter di Makasar berhasil membantu mengeluarkan ari-ari dan Sawanti berhasil diselamatkan, walau ia harus kehilangan buah hati.
*
Kasus kehamilan berisiko tinggi memang banyak di Liukang.

Camat Liukang Tangaya Aminullah Umar menyatakan, penyebabnya adalah kebiasaan pernikahan dini yang sulit dihentikan. Disana, anak laki-laki yang sudah bisa menyelam untuk mencari ikan dibolehkan untuk menikah. Bahkan, anak laki-laki yang akan bekerja harus menikah terlebih dahulu. Alasannya agar uang hasil mencari ikan tidak lari ke mana-mana.

Mau menuntut ilmu tinggi tinggi pun susah. Sekolah hanya sampai SMA. Itupun hanya ada di beberapa pulau. Tak ada pilihan, plus tak banyak hiburan. Maka, pernikahan dini pun semakin terbuka lebar.

Selain risiko dalam kehamilan, pernikahan dini juga berisiko dalam hal pengasuhan. Akibatnya adalah stunting. Dokter Andi Cahyadi SpA yang turut dalam pelayanan Ksatria Airlangga di Pulau Matalaang dan Sapuka menyatakan bahwa lebih dari 50 persen anak yang diperiksa di RS Terapung, mengalami stunting.

Dokter spesialis anak RSUD dr Soetomo itu menyatakan bahwa hal ini berkaitan dengan sosial ekonomi masyarakat. Sebagian besar penduduk memang nelayan. Lucunya, anak-anaknya justru sedikit mengkonsumsi ikan. Mungkin karena berpikir lebih baik dijual, supaya dapat uang. Selain itu, angka cacingan juga tinggi karena tidak ada jamban. Semua ini berakumulasi memorak-morandakan kesehatan anak.

Permasalahan lainnya adalah soal sistem rujukan. Meski ada puskesmas, namun untuk kasus-kasus sulit rata-rata dirujuk. Tidak ada tenaga kesehatan yang mumpuni.

Nah, untuk mencapai rumah sakit rujukan harus menggunakan kapal. Jika tidak ada jadwal kapal perintis, maka menggunakan kapal nelayan. Lamanya perjalanan kerap kali membuat fatal kondisi si sakit. Seperti yang dialami Darmawan. Perempuan yang kerap disapa Darma itu harus kehilangan suaminya, Sahrirudin, yang mengalamin stroke. Mantan mantri di Pulau Sailus itu meninggal di atas kapal perintis menuju Makasar. "Seandainya cepat, mungkin suami saya tertolong," ungkap Darma. Matanya berkaca-kaca.

Untuk menangani peliknya permasalahan kesehatan di wilayahnya, Pemda Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep) sebenarnya sudah melakukan berbagai macam hal. Kepala Dinas Kesehatan Pangkep dr Indriyanty Latief mengungkapkan sudah ada upaya mengurangi kehamilan berisiko dan stunting. Kapal untuk rujukan pun sudah disediakan meski sarana pendukungnya minimal dan biaya pengoperasian cukup tinggi. "APBD kami tidak banyak. Harapannya ada perhatian dari pusat," tuturnya.

Cerita yang dialami warga Liukang baru satu contoh. Masih banyak warga senasib di kepulauan yang terpencil dan tersebar.

Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengaku komit untuk memperbaiki pelayanan kesehatan bersama dengan pemerintah daerah. Sarana dan fasilitas kesehatan akan dipenuhi. Begitu juga dengan tenaga kesehatan. Menurutnya hal itu sesuai dengan visi misi Presiden Joko Widodo. Kemenkes juga akan berupaya untuk menyediakan alat kesehatan dan obat yang terjangkau. Salah satu upayanya adalah mengoptimalkan produksi dalam negeri. Sejauh ini, Indonesia telah bisa membuat tempat tidur hingga stand jantung. ”Kalau perlu, ada aturan BPJS Kesehatan atau perhimpunan tenaga kesehatan agar membujuk menggunakan alat kesehatan dalam negeri,” bebernya

Lalu bagaimana dengan stunting? Menurutnya, masalah ini secara nasional akan ditangani antar kementerian dan lembaga. Intervensi tidak hanya dari Kemenkes saja. Sebab dana penanggulangan stunting ada di setiap kementerian dan lembaga. Kemenkes hanya leading sector saja. Intervensi akan dimulai sejak sebelum menikah, setelah menikah, hamil, melahirkan, memelihara, hingga sekolah. Antara satu wilayah dengan yang lainnya akan mendapat intervensi berbeda dan sesuai dengan kearifan lokal.





(bersambung)

Testimoni: Media Handling Training

Siapa bilang Media Handling Skill hanya dibutuhkan oleh Private Sector? Untuk Board of Management?

Tidak percaya? Check this Out.

Untuk melihat Media Handling skill lain, bisa klik tautan ini (Institusi: KPK) dan lainnya.


Public Relation 4.0 di Kantor KPK RI

Saya menjadi satu dari dua pembicara di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) RI, beberapa waktu lalu. Pembicara pertama bicara soal media relation secara general, sementara saya lebih spesifik perihal Humas 4.0 atau Public Relation 4.0.

Jaman memang sudah berubah. Perkembangan teknologi komunikasi saat ini berbeda dari 3, 4, 10 tahun lalu. Sejalan dengan itu, budaya baca masyarakat berubah dari semula kertas menjadi layar (screen) dari pembaca konten menjadi pembaca judul. Beberapa fungsi sosial juga turut mengalami perubahan, salah satunya soal Content Producer,  audiens, dan seterusnya. 

Dan, tentu banyak topik lain terkait dengan Humas 4.0 ..........

PS: Bagian terbaik lain dari sesi di KPK ini adalah, reuni teman teman lama :)




" 2 Days Workshop: Reporting SUSTAINABILITY Issues in Mass Media".

Saya, bersama tujuh wartawan lain ditunjuk oleh AJI Indonesia untuk menjadi fasilitator bagi penulisan Sustainability Issues di Indonesia. Kali ini kota yang dikunjungi adalah Balikpapan.

Sebelumnya kami berdelapan sudah di trainer dulu Training for Trainer oleh "master trainernya" dari Belanda sono.

Balikpapan adalah satu dari sekian kota yang kami kunjungi secara bergantian. Para wartawan dilatih dan belajar tentang SDG secara umum, isu isu terkait SDG untuk diliput oleh wartawan, membaca laporan SDG yang dibuat oleh korporasi korporasi dan menemukan "news value" dari laporan tersebut, dan terakhir mengemasnya menjadi sebuah story telling article. Kenapa story telling? Karena format ini yang PALING sesuai bagi karakter digital reader saat ini (( saya rekomendasikan perusahaan untuk memberikan pelatihan story telling ini bagi staf External Affairs/PR/Research&Dev/HRD)

Semua wartawan bersemangat mengikuti pelatihan ini. Banyak sekali ide ide yang keluar untuk diliput dan dijadikan tulisan panjang. Maklum lah isu SDG itu riil, dan seksi untuk diliput. Bosan kan meliput soal politik terus.......itu lagi, itu lagi.

Dan, bagian paling nikmat dari pelatihan kali ini adalah....setelah 2 hari memeras otak belajar, malam hari terakhir kami menyantapppppp seafood Balikpapan yang kondang itu. Kuyyyyyyyy!!!





Pelatihan Penulisan PRESS RELEASE & Media Handing 4.0


Pekan lalu selama 3 hari, saya menjadi salah satu trainer dan mentor untuk Pelatihan Penulisan Press Release & Komunikasi Publik 4.0 bagi para Staf Ahli Kementerian Pembangunan Manusia & Kebudayaan (PMK).

Seru. Total peserta sekitar 30-an, dan 99% adalah anak anak muda dibawah 35 tahunan. Fresh Blood.

Dari berbagai latihan menulis, dan personal evaluasi yang saya lakukan ada satu benang merah. Para peserta ini masih terbiasa dengan format penulisan akademik maupun formal report. Sementara ketika menulis Rilis, Anda harus berpikir bak seorang jurnalis handal. Piawai menyusun lead, menemukan judul yang 'menohok' namun tidak beresiko terhadap institusi dan menulis dalam format pyramida terbalik.  Catatan lain, peserta masih harus terus berlatih menemukan "berlian" pada konten yang hendak mereka 'jual' ke media.

Overall, SERU.
Sampai jumpa pada pelatihan berikut. 





(at least) Half of Human Race Should Have Been Die

Tayangan "Death Decoded" di stasiun National Geographic pagi ini mencengangkan sungguh.

Dari sistem 'Analisa Bahaya' (Danger Analysis System) yang dilakukan dibanyak lokasi di dunia dengan menggunakan ratusan riset, survey dan dibantu teknologi rekayasa adegan yang super canggih diketahui bahwa: Sebenarnya kita SEMUA hidup - literally - ditengah-tengah bahaya. Setidaknya SEPARUH dari umat manusia mestinya sudah mati, meninggal dunia, Gone! akibat kecelakaan, bencana, atau sakit penyakit yang menimpa dirinya:

We JUST did not notice that we should have been die:
  • Karena kabel dan struktur bangunan dimana kita berdiri sudah goyang  dan jika putus, kita akan jatuh dan mati konyol dari ketinggian puluhan meter 
  • Karena naik pesawat yang pilotnya tertidur saat penerbangan -- 56% pilot mengaku tertidur saat bertugas. Mungkin karena lelah atau karena sakit. 
  • Karena tergigit nyamuk malaria atau DBD tapi mungkin tidak terasa gigitannya,
  • Karena berdiri dekat bebatuan/lereng gunung yang sebenarnya sedang "bergerak" saat travel, 
  • Karena berkendara disebelah mobil/truk/kereta yang remnya blong dan jika tergelincir bisa saja menggusur semua kendaran disebelahnya, termasuk saya dan kamu,
  • Karena laki laki/perempuan yang berdiri disebelahmu mengidap penyakit menular akuut mematikan,
  • dan seterusnya, 
  • dan seterusnya. 

Bersyukurlah, bahwa Tuhan tidak pernah tidur dan selalu terjaga 24/7.

Untuk detailnya tonton link ini: at least half (or all) of human race should have been die by now





TIPS SOLO TRAVELLING KE BALI

Kalau mau seru, ubah "format" liburan kamu di Bali. Kalau biasanya 'in-group' lalu sewa mobil plus supir+BBM, sekarang coba cara lain. Berikut ini beberapa hal yang bisa kamu lakukan di Pulau Dewata saat sedang buang stress sendirian, alias Travel sendiri. Intinya harus Fun & Ga mahal mahal amat bujetnya.

*
Jakarta ini sumuk!
Saya selalu mengatakan ke banyak kawan: "Jakarta ini cocoknya buat cari duit doang. Bukan buat tinggal apalagi buang stress."

Ini Matematika Hidup Di Jakarta:
Udaranya salah satu yang paling polutan --->> body ga fit (minus-1) -->> macetnya ga tobat tobat juga (minus - 2) ----> Akibatnya orang malas keluar rumah, semuanya serba delivery. WARGA MAGER, body makin ga bugar (minus-3) ----> supaya gerak, maennya paling ke mall, liat doang ga mampu belik kecuali tajir wawa (minus-4) ----> Kerna ga bisa blanja, paling makan di foodcourt yang isinya FASTfood (minus -5). DST.

---------------- ------------------------

TIPS:
1. Berangkatlah ke Bali JANGAN pas weekend (jangan Jumat, kalau bisa sih weekday atau Minggu Pagi saat orang malah siap siap balik ke ibukota/kota besar lain)

1a. Bawalah baju yang tipis tipis. Saya mah ke Bali bawa t-shirt aja, warna hitam/gelap pulak. Lalu 1 celana panjang, 2 celana pendek, kemeja 1.  Nanti disana cuci-kering ajeeeee. Bali panas tauuk, cepet kering jemuran. Yang penting itu SUN GLASSES, SUN BLOCK, Sendal Jepit. Wis lah.

2. BOOKING MOTOR sejak dari Jakarta. Jadi begitu landing, sudah tersedia tu motor. Banyak koq penyewaan motor, bisa di cek di internet.  Nah ketika sewa motor, sewalah yang DEK DEPAN nya lowong biar bisa ngeletakin ransel/travelling bag.  Saya biasanya sih Vario karena alasan body. Tapi semua matic, dek depannya cukup lahh. Kalo motor manual ya susah.

Sewa motor Rp 50 ribuan per hari >> biasanya saya sewa seminggu sih, jadi lebih murah.

3. Kalau ga bisa bawa motor?  Usahakanlah belajar....gampang koq!!!!!

4. Kalau udah belajar ga bisa juga? SEWA MOBIL tapi setir sendiri, sewa aja yang matic biar ga capek karena Bali suka macet daerah Kerobokan dan Kuta sekitarnya. Sewa mobil kecil aja. Kaya Agya atau Karimun, kalau kamu beruntung bisa dapat sewa Rp 150 ribu/hari LEPAS KUNCI.

5. Book hotel buat SATU HARI pas nyampe aja. Nanti sisanya cari hotel disono. Itu gunanya bawa baju yang ringan ringan, biar ga berat dan bisa di"gotong" kemana mana cari hotel pake motor/mobil.

6. Di Bali sekarang sudah ada beberapa camping ground. Jadi kamu ga melulu hanya tinggal di hotel, bisa juga camping. Yang saya tau di Karangasem sono. Sewa tenda (dipasangin) Rp 150 ribu per malam ----- ada toilet umum dll koq. Jadi bukan yang extreme harus bawa sekop kalau mau BAB wkwkwkwkw.

7. Makan ga usah harus di restoran. Di Bali itu banyak warung tegal, tapi di jalan yang lebih kecil (belok sekali atau dua kali dari jalan utama). Sekali makan paling 15 rebong udah lengkap 4 sehat 5 sempurna dan TIDAK pake mencret koq.

8. Di BALI bertualanglah dengan motor/mobil mu. CARI pantai pantai yang sepi.....dengan modal nanya warung atau tukang jual BBM botolan itu. Warga Bali baek baek kalau ditanyain. Saya sengaja isi bensin selalu di warung, bukan SPBU. Isinya pun cuma 1 liter aja. Biar bisa dapat kesempatan ngobrol pas ngisi bensin BERIKUTNYA.  ------- Bercakap cakap dengan warga lokal itu therapy, menyenangkan...........kesederhanaan warga lokal Bali membuat kamu semakin jatuh cinta dengan pulau ini.

9. Kalau udah nemu pantai yang sepi, jangan buru buru pulang. ENJOY the scenery, the ambiance. ENJOY yourself. Rebahan lah di bibir pantai. Jangan takut kotor. Kalau takut kotor, ngorok aja di Jakarta sono. Listen to the wind. Talk to the sky...........Feel God, Feel good, feel Life.

10. Bali bukan hanya Kuta, Seminyak, Sanur, Pendawa, Tralala trilili.........There's a lot to explore.

So, cekidot. Go!







LUCKY DOG SHELTER - "The Guardian Angel"

BALI tidak hanya tentang pantai dan budaya, tapi juga tempat bermain bagi para pecinta guguk. Pagi hingga siang ini saya bertandang ke LUCKY DOG SHELTER BALI. Tempat ini dikelola oleh Claudia, bule dari Swiss. Ada puluhan guguk yang dirawatnya di tempat ini.....lucuuu lucuu dan patuh/jinak semuaah 😍😍😍. Kamu boleh adopsi atau sekedar membawa mereka berjalan jalan ke pantai..tentu atas seijin Claudia dan kudu dibalikin yak. Kisah bagaimana para anabul ini ditemukan, adalah drama tersendiri. Sedih. Kadang saya bingung, manusia koq lebih kejam dari binatang perangainya. Katanya mahluk beradab, tapi koq sering biadab. Yang paling sering tentu anabul guguk yg dibuang oleh tuannya. Ada yang karena balik ke negaranya sono, ada yang karena faktrr ekonomi....ada juga yang dibuang karena sudah dewasa dan TIDAK IMUT dan LUCU lagi. Edan!!!!! Di jalanan para guguk ini pun tidak 100% aman. Manusia kejam bebal mengintai dan tak jarang menimpuki mereka, atau ada yang menyiram dengan air panas atau lainnya. Ah, sudahlah...emosi kalau membahasnya. Yang menghibur hati adalah, dengan mata kepala saya sendiri, saya melihat bagaimana Claudia memelihara para guguk ini dengan sangat telaten. Saya sering bertandang ke dog shelter di Jakarta. Kadang terkesan jorok dan berbau tempatnya. Tapi tidak di tempat ini. Para guguk kulitnya bersih, dan ngga ada yang kerempeng kurang gizi. Mereka dikasi makan 2 kali sehari, dengan dry food juga makanan basah (nasi+daging). Plus, rajin dimandikan. Tidak hanya di shelter, setiap pagi dengan motor maticnya, Claudia berkeliling sembari membawa DRY FOOD secukupnya untuk dibagikan kepada anjing anjing jalanan yang tak terurus. Makanya jangan heran,, menjelang jam 8 pagi....para guguk sudah standby duduk manis berjejeran di pinggir jalan menunggu malaikat penolong mereka lewat dengan makanan. What a beautiful scene.

Salut untuk perempuan ini. Semoga kebaikannya dibalas Tuhan berlipat ganda. Amin. Alamat: JL PENGIPIAN 4A, KEROBOKAN, BALI MONGGO YANG MAU BANTU. Bisa makanan, bisa handuk, bisa selimut atau mainan.

Gambar mungkin berisi: satu orang atau lebih dan anjing Gambar mungkin berisi: anjing Keterangan foto tidak tersedia. Gambar mungkin berisi: anjing Gambar mungkin berisi: 1 orang, tersenyum, duduk