*
Jam 7 pagi, tepat pada hari NYEPI, saya terbangun dan.......alamakkkkkkk. SEPI NIAN.
Sambil mengucek ucek mata saya membuka pintu kamar, lalu beringsut jalan ke depan...ke arah ENTRY WAY hotel. Lhaaa, ternyata sudah di"BLOCK" alias ditutup dengan terpal setebal tebal kulit YAK (Hewan Tibet yang kulitnya suka dijadikan gorden).
"Pantesan agak gelap....." pikir saya sambil mendekati terpal yang membentang kiri-kanan sehingga orang luar TAK BISA mengintip suasana didalam lingkungan hotel.
"Ditutup mbaa.....rappat rappat kita tutuup supayaaa tidak bisa kelihatan oleh cekalan,"tiba tiba suara salah satu blih penjaga hotel mengangetkan saya.
"Kenapa sampe rapet gini, blih"
"Karena kalau sampai ketahuan ada 1-2 lampu menyalaa,.....dilempar nanti sama cekalang lampunya."
Btw, sebelum keluar kamar saya cek...siaran TIPI pada dead smua. Biruuuu ajahhhh....ama semut2...hehehehe.
Untungnya para tamu hotel masih terjamin makan minumnya oleh hotel. Terutama makannya. Seperti pagi ini, telah tersaji nasi goreng dan teh panas dimeja.
Ya udah, terduduklah ogut sambil pelan pelan menikmati sarapan. Abis ngapain buru2 hehehe...kaga bsia kemana mana juga. It's gonna be a looongggggggggg daaayyyyyyy.
Selepas sarapan temen saya, Depoy memutuskan untuk "brenang renang lucu" dikolam renang. Saya memilih untuk duduk diam berkontemplasi saja dimeja restoran.*
Bali di Hari Nyepi ini adalah DIAM yang sesungguhnya. Tak ada suara motor yang hilir mudik.
Ajaib, walau pantai jaraknya 200-300 meter dari hotel saya menginap, saya bisa mendengar lamat lamat deru ombaknya.
Hampir sepanjang hari saya habiskan dengan berdiam diri, dan diselingi dengan membaca buku atau menulis "oretan" untuk buku ketiga saya.
Sekitar pukul 4 sore lewat, saya terlelap.....mungkin sangkin heningnya.
Tak jelas berapa lama saya tertidur tapi yang jelas saya terbangun karena suara derit derit pintu. Saya mencelikan salah satu mata....mengintip teman saya yang keluar masuk kamar. Tak lama, mungkin ia melihat saya mulai terbangun, ia berkata:
"Jek...jek....elu liattt deh keluar....gelapppppppp bangeuttttttttt. Hiiiii..."
Saya lirik jam, pukul 18.20-an. Saya bergerak malas malasan. Dalam hati saya mikir "ya iyalah jam segini pasti gelap, mana lampu juga terbatas boleh menyala"
Saya membuka pintu kamar, dan : "ASTAGAAAAAAAAAAAAA...ini bukan gelap. Ini HITAM PEKAT"
Jarak pandang saya NOL. Begitu pekatnya malam sampai saya seperti bisa meremas warna hitam pekat itu. Saya buru buru masuk ke kamar, mengucek ucek mata sambil membawa handphone. Bukan buat moto tentunya heheheheh......tapi buat jadi "senter dadakan".
Pelan pelan saya berjalan dari kamar menuju pintu masuk hotel, maksudnya mau intip diluar...dijalan ada apa kalau udah hitam pekat gini. Adakah zombie zombiee berjalan tertatih tatih seperti di Pilem? hahahahahahah.........pas saya lagi jalan pelan2 dibantu cahaya dari layar HP, ehhhhh....ada suara blih..
"Mba, jangan klihatan cahayanya dari luar. Jangan dekat dekat ke jalan, nanti kalau ketahuan cekalang ada cahaya sedikit saja bisa marah".
Yahhhhhhhhhhhh.....ga jadi deh, balik badan dan akhirnya saya hanya puter puter sidak dilingkungan hotel.
But, you know what. Matinya kehidupan .... tanpa polusi maupun pembakaran dari dapur dapur membuat langit bali begitu cerah. Jutaan hingga milyaran bintang terlihat begitu jelas di Langit Bali yang biru tua tosca. Beautiful!
Sepanjang sore hingga malam ini saya habiskan dengan bercakap cakap saja dengan teman saya tentu saja ditengah PEKATNYA HITAM dan cerahnya langit KUTA BALI.
And, you know what? I will be back next year for the same occasion (but will be a different experience): Seclusion Day (Hari Raya Nyepi)
Jam 7 pagi, tepat pada hari NYEPI, saya terbangun dan.......alamakkkkkkk. SEPI NIAN.
Sambil mengucek ucek mata saya membuka pintu kamar, lalu beringsut jalan ke depan...ke arah ENTRY WAY hotel. Lhaaa, ternyata sudah di"BLOCK" alias ditutup dengan terpal setebal tebal kulit YAK (Hewan Tibet yang kulitnya suka dijadikan gorden).
"Pantesan agak gelap....." pikir saya sambil mendekati terpal yang membentang kiri-kanan sehingga orang luar TAK BISA mengintip suasana didalam lingkungan hotel.
"Ditutup mbaa.....rappat rappat kita tutuup supayaaa tidak bisa kelihatan oleh cekalan,"tiba tiba suara salah satu blih penjaga hotel mengangetkan saya.
"Kenapa sampe rapet gini, blih"
"Karena kalau sampai ketahuan ada 1-2 lampu menyalaa,.....dilempar nanti sama cekalang lampunya."
Btw, sebelum keluar kamar saya cek...siaran TIPI pada dead smua. Biruuuu ajahhhh....ama semut2...hehehehe.
Untungnya para tamu hotel masih terjamin makan minumnya oleh hotel. Terutama makannya. Seperti pagi ini, telah tersaji nasi goreng dan teh panas dimeja.
Ya udah, terduduklah ogut sambil pelan pelan menikmati sarapan. Abis ngapain buru2 hehehe...kaga bsia kemana mana juga. It's gonna be a looongggggggggg daaayyyyyyy.
Selepas sarapan temen saya, Depoy memutuskan untuk "brenang renang lucu" dikolam renang. Saya memilih untuk duduk diam berkontemplasi saja dimeja restoran.*
Bali di Hari Nyepi ini adalah DIAM yang sesungguhnya. Tak ada suara motor yang hilir mudik.
Ajaib, walau pantai jaraknya 200-300 meter dari hotel saya menginap, saya bisa mendengar lamat lamat deru ombaknya.
"The sound of a lonely ocean."
Jangan harap dihari biasa suara ombak bisa terdengar dari hotel ini. Tidak hanya daratan, udara pun begitu sepi. Langit cerah, biru cerah. Begitu jernih karena TERBEBAS dari polusi buangan knalpon bahkan asap pesawat yang biasanya seliweran dilangit.Hampir sepanjang hari saya habiskan dengan berdiam diri, dan diselingi dengan membaca buku atau menulis "oretan" untuk buku ketiga saya.
Sekitar pukul 4 sore lewat, saya terlelap.....mungkin sangkin heningnya.
Tak jelas berapa lama saya tertidur tapi yang jelas saya terbangun karena suara derit derit pintu. Saya mencelikan salah satu mata....mengintip teman saya yang keluar masuk kamar. Tak lama, mungkin ia melihat saya mulai terbangun, ia berkata:
"Jek...jek....elu liattt deh keluar....gelapppppppp bangeuttttttttt. Hiiiii..."
Saya lirik jam, pukul 18.20-an. Saya bergerak malas malasan. Dalam hati saya mikir "ya iyalah jam segini pasti gelap, mana lampu juga terbatas boleh menyala"
Saya membuka pintu kamar, dan : "ASTAGAAAAAAAAAAAAA...ini bukan gelap. Ini HITAM PEKAT"
Jarak pandang saya NOL. Begitu pekatnya malam sampai saya seperti bisa meremas warna hitam pekat itu. Saya buru buru masuk ke kamar, mengucek ucek mata sambil membawa handphone. Bukan buat moto tentunya heheheheh......tapi buat jadi "senter dadakan".
Pelan pelan saya berjalan dari kamar menuju pintu masuk hotel, maksudnya mau intip diluar...dijalan ada apa kalau udah hitam pekat gini. Adakah zombie zombiee berjalan tertatih tatih seperti di Pilem? hahahahahahah.........pas saya lagi jalan pelan2 dibantu cahaya dari layar HP, ehhhhh....ada suara blih..
"Mba, jangan klihatan cahayanya dari luar. Jangan dekat dekat ke jalan, nanti kalau ketahuan cekalang ada cahaya sedikit saja bisa marah".
Yahhhhhhhhhhhh.....ga jadi deh, balik badan dan akhirnya saya hanya puter puter sidak dilingkungan hotel.
But, you know what. Matinya kehidupan .... tanpa polusi maupun pembakaran dari dapur dapur membuat langit bali begitu cerah. Jutaan hingga milyaran bintang terlihat begitu jelas di Langit Bali yang biru tua tosca. Beautiful!
Sepanjang sore hingga malam ini saya habiskan dengan bercakap cakap saja dengan teman saya tentu saja ditengah PEKATNYA HITAM dan cerahnya langit KUTA BALI.
And, you know what? I will be back next year for the same occasion (but will be a different experience): Seclusion Day (Hari Raya Nyepi)
Watch this VIDEO to sense and GET the feeling of "Seclusion Day in Bali".
You can also watch my link in youtube: https://www.youtube.com/watch?v=FdWhBZ0rVW4
Tidak ada komentar:
Posting Komentar