Welcome to My Website. I studied engineering but later became a journalist, who then "rewarded" me with a Master's degree in Finance & Accounting ... but in the last 10 years, I trained and shared COMMUNICATION skills - not about money, or building materials. I fell in love with this knowledge, then deepened it scientifically as a Master in Communication Science. Now, I teach from Interpersonal, Self-Concept, Creative Writing, Family Communication to Media Handling Skills in corporations, government, and campus. That is ... my life is full of surprises and unusual dynamics.To know more about me, please follow my FB&IG at Feby.Siahaan

Bahayanya Negara Tanpa Oposisi



Sewaktu mengetahui Presiden Jokowi menunjuk Prabowo menjadi Menteri Pertahanan, perasaan rada campur aduk. Lega iya...karena berharap para 'Cebong' dan 'Kampret' berdamai segera. Tapi, rada was was juga, karena lalu....siapa yang jadi oposisi pemerintah? Tadinya sih berharap pada Gerindra jadi partai watchdog, karena prosentase kemenangan partainya di parlemen kan nomor dua.

Keseimbangan itu mutlak ada dalam segala aspek di alam semesta. Bukan cuma urusan menjalankan negara. Selalu harus ada "Dua Sisi Mata Uang". Ada Check and Balance, Check & Recheck, Utara - Selatan, Pahit - Manis dan tentu saja Setuju - Kurang Setuju.

Tanpa oposisi, nanti negara jadi kaya berjalan tidak seimbang. Oleng.Kurang seru.Oposisi kan bukan berarti benci (Asal Jokowi, salah!) tapi mengkritisi, menanyakan argumentasi, premis-premis apa yang digunakan dari sebuah kebijakan.

Sebenarnya ada SATU hal yang lebih berbahaya dari urusan 'kurang seru' di atas,

Komunikasi politik mengenal satu teori yang jarang disebut orang, "Spiral of Silence Theory" atau bahasa Indonesianya kira kira Teori Pegas Kesunyian (kaya kurang pas, tapi begitulah).  Intinya, ketika ada satu kekuatan yang terlalu kuat....begitu kuatnya sampai massa "takut" dan sungkan untuk buka suara maka mereka ibarat pegas spiral yang ditekan. Semakin partai politik habis habisan membela Jokowi, tekanan terhadap pegas (suara massa yang berontak) juga makin kuat, dan semakin kuat. Bahayanya adalah, sama seperti spiral, pada saat kekuatan yang menekan melemah maka pegas akan melenting begitu kuatnya. Tak jarang daya lenting pegas malah lebih besar dari daya yang menekannya. Bahkan sangkin kuatnya, manusia yang menekanpun ikut terlempar.

Fenomena Spiral of Silence ini yang terjadi pada masa Orde Baru.

Karena takut, massa kebanyakan memilih diam. Sampai kemudian Orba melemah (karena satu dan lain hal yang tak dibahas disini)...maka lentingan amuk massa tak lagi terbendung. Dan lihat saja, daya lentingnya mampu 'menjatuhkan' rejim yang berkuasa 32 tahun.

Massa yang kuat, adalah massa yang dipaksa/terpaksa diam untuk waktu yang sangat lama. Itu gunanya Oposisi, yaitu sebagai perpanjangan mulut masyarakat yang tak setuju atau kurang paham akan keputusan pemerintah.

Kalau sudah begini, lalu bagaimana? Kebijakan pemerintah kan tak selamanya pasti sempurna?.



ttd,
Saya, dosen tak tetap sebuah kampus di Jekardah

Tidak ada komentar: