Welcome to My Website. I studied engineering but later became a journalist, who then "rewarded" me with a Master's degree in Finance & Accounting ... but in the last 10 years, I trained and shared COMMUNICATION skills - not about money, or building materials. I fell in love with this knowledge, then deepened it scientifically as a Master in Communication Science. Now, I teach from Interpersonal, Self-Concept, Creative Writing, Family Communication to Media Handling Skills in corporations, government, and campus. That is ... my life is full of surprises and unusual dynamics.To know more about me, please follow my FB&IG at Feby.Siahaan

Pendekar Tongkat Emas: Akhirnya Film Silat Indonesia Bermutu Muncul Juga

Kenapa saya tertarik dengan pilem ini?
1. Soalnya settingnya di Sumba yang eksotik pisan. Sejujurnya saya selalu tertarik dengan film, jika settingnya atau ada unsur 'pamer' alam.....maklum, saya kan mencintai alam(dan manusia) hehehe.
2. Jujur, karena produsernya MiLes sih....dan kalo ada nama doi dan Riri Reza, saya mah slalu nonton. Dan pas ngintip trailernya........aihhhhhhhh.......remind me of crouching tiger hidden dragon yang sinematografinya aduhai itu......

So, here I am..... 23 Desember 2014 di Kuningan City 21 Cineplex. Dengan smangat'45 walau badan lagi doyong doyong karena masup angin, bela belain nonton PTE bersama group travel ogut: si Ossy dan si Depoy. *oiya, secara badan masih meriang, sebelum masup gedung biskopppp kudu didoping dengan Decolgennnn + teh manis angettttttt* - PTE, you better be good!!!! :D


*
Inti cerita menggambarkan bagaimana keempat orang murid dari pesilat tangguh  bernama Cempaka (Christine Hakim), saling berebut tongkat emas sekaligus pewaris perguruan Tongkat Emas.  Keempat murid kemudian terpecah jadi dua kubu: Biru (Reza Rahadian) bersekutu dengan Gerhana (Tara Basro) sementara Dara (Eva Celia) didukung oleh murid termuda Angin (Aria Kusumah).  Cempaka yang diluar dugaan memilih Dara menjadi penerus, kemudian diburu dan dibunuh oleh Biru dan Gerhana. Tongkat Emas pun jatuh ketangan mereka berdua.... Sisa cerita, kurang lebih menggambarkan bagaiaman Dara berusaha merebut kembali warisan dari gurunya plus membalaskan dendam kematian guru Cempaka dan adik seperguruannya, Angin.  Ditengah hiruk pikuk tersebut alkisah muncullah tokoh Elang (Nicholas Saputra) yang ternyata........anak dari Cempaka dari rekan seperguruannya jamah baheula: Naga Putih (Darius S).

*

Overall, film ini layak ditonton.

Dari segi gambar, sudahlah....film ini sukses menjual Sumba: alam dan budaya termasuk penduduknya. Penonton dibioskop sontak berdecak kagum saat pertama layar mempertontonkan lansekap gunung kuning keemasan dan rumput hijau itu. Mas mas 'bawel' disebelah saya sepertinya sampai lupa mengerem volume suaranya ketika berkata "geblek, dimanaa nih???".
Savana, bukit kuning keemasan, laut biru dan pasirnya yang putih...dipadu dengan langit bersih, adalah jualan 'pertama' film ini.

Keunggulan kedua adalah martial art, alias ciyattt ciyataaannya. Geblek, itu bocah botak bernama Aria Kusumah (memerankan Angin) dapat darimana ya? Gerakan silatnya ciamik bener. Feeling saya, dia ini memang pemain silat beneran (belum browsing sih) soalnya selincah-lincahnya Reza R, Eva Celia, Nicolas Saputra dll dalam beraksi,teteppp gerakannya ga semulus si bocah shaolin ini. "ANGIN" namanya difilm ini.  Cuma sayang, latar belakangnya ga jelas (nanti dibahas dibagian kritik dibawah) sehingga tiba-tiba dia mogok bicara, dan hanya bicara diakhir penampakannya sebelum dibunuh oleh si Bandit "Biru" (Reza Rahadian).

Gerakan silat para pemain sangat mulus. Saya sampai harus fokus bener untuk melihat adegan adegan yang kira kira mereka digantikan oleh stunt(man). TOP!! Saya pelototin benerrrr, apa ada adegan terbang terbang yang kelihatan talinya....hehehe....ternyata ga ada. Smooth!!

Keunggulan ketiga adalah, dialognya yang (mostly) pendek, tidak bertele tele dan tidak sok sok menggurui a.k.a lebay.  Maap, saya mau membandingkan dengan Supernova (Movie) yang sepekan sebelumnya saya tonton juga dengan smangad 45 (soalnya novelnya kan okeh).  Waduhhhhh, itu film bosan bukan kepalang. Dialong/skrip/narasi....whatever that is istilahnya, bertele tele, panjang dan LEBAY mirip kaya dialog disinetron tivi.  *Anda tentu tau dong, ciri khas akting/dialog ga mutu disinetron? Kalimat2nya selalu panjang panjangggg...seakan2 penonton lemot dan tidak bisa menangkap messagenya. Contoh, kalau pesan yang mau disampaikan adalah KECEWA maka kata2 bernada kecewa akan diumbar umbar, tapi dengan ekspresi yang GAK nampak kecewa sama sekali Nahh, film Supernova  sarat dengan kejadian seperti itu.   Yang paling parah adalah adegan Ferdi Nuril ingin menyatakan betapa dia mencintai istrinya yang selingkuh......yaelahhhh, kalimatnya bertele tele, berlebihan, BUT mukanya does NOT show the words he said...tet tott!!!*

Sebaliknya, saya sangat suka adegan PTE saat Biru, berlari ke biliknya sesaat setelah Cempaka (Christine Hakim) sang guru yang bijak memutuskan akan mewariskan tongkat emas ke muridnya yang masih bau kencur: Dara.  Dibiliknya yang kusam dan gelap, Biru tidak berkata apa-apa....hanya tatapan nanar, kosong tapi penuh benci, dan sesaat kemudian air mata mengalir deras dari matanya. Tanpa kata kata. Pas!! Saya suka adegan ini

Diluar nilai plus diatas, ada juga beberapa catatan yang sebaiknya harus diperbaiki kalau mau ada Pendekar Tongkat Emas jilid 2 (pasti ada!!! yakennn....secara endingnya ketauan banget sudah diarahkan akan adanya balas dendam dari anaknya Biru&Gerhana terhadap Dara yang telah membunuh keduanya didepan bocah yang mukanya mirip si Angin itu). 

 Kritik pertama, tokoh tokohnya TERLALU banyak dengan latar belakang yang ngga jelas. Contoh, si Angin (Aria Kusumah)....kenapa juga itu bocah dari awal tidak mau bicara membisu. Ada trauma kah? pernah digebukin kah? atau apaan? Trus peran Datuk (Slamet Rahardjo), ini siapa koq bisa hadir dikehidupan si Elang (Nicolas Saputra) trus ngga mati mati pula padahal ditengah cerita ada bagian dimana semua datuk datuk konon dibunuhin oleh pasangan serasi Biru dan Gerhana. Tet tot??? Lalu, si Elang ini juga ngga jelas apa HUKUMAN yang harus diterimakanya sebagai upah melanggar janji untuk tidak campur tangan urusan Cempaka dengan menolong si Dara.

Lalu tidak jelas juga, soal Tongkat Emas ini....riwayatnya gimana sih memang? koq sepertinya kaya tongkat tongkat biasa aja.....ga ada unsur "Wow" faktor. Paling terakhir doang, pas penonton bingung ini tongkat koq ga ngefek sama sekali.....jreng jreng.....ternyata bisa menembus pohon segeda gaban. Ah, tapi biasa saja......

Lalu tentang siapa sebenarnya Pendekar Tongkat Emas, yang dimaksud dijudulnya itu? Si Elang (Nicolas S)? Biru (Reza R), Dara (Eva C) atau Cempaka?.....ngga ada satu tokoh yang menonjol seperti film film kung fu Hongkong sono (contoh pendekar ulat sutera, dst).

Dan, yang terakhir, adalah kamera yang terlalu cepat dalam mereka adegan adu silat....terus terang mata saya sulit mengikuti gerakan gerakan indah dari Angin dkk. Terlalu cepat sampai saya tidak bisa membedakan yang terhempas itu Biru kah? atau Gerhana atau siapa? Sepertinya semua adegan seperti itu termasuk adegan puncak 2 lawan 2 yang tentu saja dimenangkan Dara dan Elang........ ini malah lebih parah. Udah gambarnya bergerak terlalu cepat....lhaaa bajunya sama warnanya..hitam semua.


Jika harus menilai pemain, saya acungi jempol untuk Christine Hakim. Jam terbang memang tak bisa berdusta....ia pas memerankan Cempaka yang sakti namun bertubuh ringkih karena bertahun tahun (atau berminggu minggu? tidak jelas) diracun oleh Gerhana dan Biru.  Salut juga buat Eva Celia.....for a beginner, she done it well :D.  Buat saya yang mengganggu adalah Gerhana dan Nicolas Saputra. Kenapa juga settingan mukanya dipasang MONOTON dari awal sampai akhir film gitu? Menonton Nico di PTE, seperti menonton "Rangga" yang lagi berkelana ke Sumba.  Dia tak bisa keluar dari roh si Rangga (Ada Apa Dengan Cinta/AADC) karena settingan mukanya yang dibuat monoton begitu.

All in all, sekali lagi, ini adalah awal yang sangat baik bagi tema PERSILATAN diperfilman Indonesia.  Setelah jaman, Si Buta Dari Gua Hantu, Tendangan Si Buta.....dan lain lain, Pendekar Tongkat Emas menurut saya adalah film silat berskala nasional terbaik.

Febrina (Feby) Siahaan
Jakarta, 24/12/2014



 



1 komentar:

Anonim mengatakan...

setuju bro, filmnya bagus.
tapi aku ndak stuju itu disebut film silat. itu bukan film silat, tapi film kungfu (?), makannya kamu inget crouching tiger hidden dragon, ya kan? dan buatku itu penting sekali. pakainnya juga bilang begitu. lalu plotnya sederhana sekali (bukan?), andai lebih kompleks pasti lebih bagus.
btw, kedepan pasti miles, riri reza, dan ifa akan bikin film sequelnya yang lebih bagus. https://www.facebook.com/dody.wija.9